Seringkali kita mendengar para penceramah menyampaikan kultumnya bahwa setan dibelenggu pada bulan Ramadhan. Terkait hal ini, para penceramah merujuk sebuah Hadis Nabi SAW:
“Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (Shahih Muslim: 1079)
Kemudian, yang kita ketahui, setan dibelenggu agar tidak menggoda orang yang berpuasa sehingga mereka bisa fokus beribadah selama bulan suci Ramadan.
Namun, pertanyaan lain muncu, mengapa di bulan Ramadan masih banyak saja manusia yang maksiat dan mengumbar syahwat, padahal setan sudah dibelenggu?
Makna Belenggu
Secara harfiah belenggu artinya rantai, ikatan atau borgol. Namun mayoritas Ulama mengartikan setan dibelenggu pada bulan Ramadhan bukan dengan makna hakiki (sebenarnya) yakni bahwa setan yang memang tangan dan kakinya diikat atau dirantai sehingga tidak dapat menggangu manusia yang sedang berpuasa.
Ulama yang mengartikan setan dibelenggu secara majazi (kiasan) adalah bahwa setan-setan tak lagi leluasa dalam menggoda manusia selama Ramadhan. Sebab, pada umumnya orang-orang yang beriman sedang sibuk berpuasa seharian di bulan tersebut. Pada malam harinya, mereka gemar berzikir, salat sunnah, dan membaca Al-Qur’an.
Kemudian, lanjut pada sahur dan kembali berpuasa keesokan harinya. Rutinitas itu yang membatasi ruang gerak setan bila dibandingkan dengan hari-hari biasa di luar Ramadhan.
Pendapat Ulama
Menyikapi silang pendapat di atas, Syekh Izzuddin bin Abdissalam menafsirkan Hadis di atas dengan ungkapan, “Ketika dikatakan dibelenggu setan di bulan Ramadhan merupakan sebuah ungkapan bahwa akan banyaknya pahala dan luasnya ampunan yang Allah berikan kepada umat Islam sehingga sia-sia usaha setan untuk melakukan tipuan. (Syekh Izzuddin, Maqasidus Saum, hal. 12).
Syekh Izzuddin menafsirkan kata belenggu dengan makna kiasan. Artinya bahwa dengan berpuasa pada prinsipnya dapat menghilangkan tabiat alamiah yang menjadi tempat berperannya setan untuk mempengaruhi dan menyesatkan manusia. Dengan kata lain, faktor yang membatasi dan membelenggu setan pada bulan Ramadhan adalah puasa itu sendiri.
Menurut Abu Muhammad penulis Kitab Umdatul Qari, mengapa kemaksiatan masih merebak pada bulan Ramadhan walau setan dibelenggu? Jawabannya setan terbelenggu pada bulan itu bagi orang-orang berpuasa yang menjaga syarat, rukun, dan adabnya. (Syekh Badruddin Al-Aini, Umdatul Qari Syarh Shahihil Bukhari, juz X, hal. 270).
Al-Halimi yang dikutip oleh Badruddin Al-Aini dalam Umdatul Qari mengatakan, mungkin saja hadits ini bermakna bahwa setan senantiasa mencuri-curi dengar informasi langit. Namun, pada bulan suci Ramadhan, mereka tidak dapat melakukan hal itu karena dibelenggu, termasuk menggoda manusia.
Sebagaimana diketahui, zaman Al-Quran diturunkan mereka senantiasa dihalang-halangi mencuri tahu wahyu yang turun. Itu terjadi antara lain demi menjaga keotentikan wahyu. Mungkin pula hadits ini bermakna, pada bulan Ramadan setan tidak terlalu leluasa menggoda manusia layaknya pada bulan-bulan lain karena kesibukan manusia berpuasa, membaca Al-Quran, berzikir, dan seterusnya.
Pendapat lain mengatakan, bahwa setan yang dibelenggu hanya sebagian saja, tidak seluruhnya. Jadi, maksud hadits ini hanya membatasi ruang gerak setan dan jin-jin jahat saja. Itu pun dilakukan oleh orang-orang yang berpuasa.
Kemudian, pembelengguan setan tidak berhubungan langsung dengan keburukan dan kemaksiatan manusia. Sebab, dalam diri manusia masih terdapat pemicu atau pendorong keburukan lain, yakni nafsu, kebiasaan buruk, dan setan manusia.
Adakalanya, tanpa setan, kebiasaan buruk akan mendorong manusia untuk berbuat buruk. Saat tidak dibelenggu pun, setan hanya mendorong dan memperindah keburukan. (Jamaluddin Abul Farj, Kasyful Musykil min Haditsis Shahihain, juz III, hal. 409).
Menurut Muhammad Raysyahri setan bukan satu-satunya penyebab manusia berbuat dosa. Ada dua hal lain yang mendorong manusia berbuat maksiat, yaitu nafsu ammarah dan hati yang berkarat karena bertumpuknya dosa.
Jadi sekalipun setan telah dibelenggu, tetapi nafsu dan hati yang kotor, akan tetap berperan menjerumuskan manusia pada dosa dan kemaksiatan di bulan Ramadhan.
Dengan demikian, istilah dibelenggu menjadi ungkapan atas kelemahan setan menyelewengkan, menggoda manusia, dan memperindah keinginan syahwat manusia.
Kesimpulan
Dengan demikian, pengertian setan dibelenggu dalam hadis tersebut tidak dapat dimaknai sepenuhnya secara harfiah. Mayoritas ulama hadis bahkan menafsirkannya secara kiasan. Artinya, setan terbelenggu dan terbatasi ruang geraknya oleh orang-orang yang berpuasa dengan senantiasa memenuhi syarat, rukun, dan adabnya. Pada saat yang sama, Allah memelihara mereka dari perbuatan tercela.
Oleh karena itu, berusahalah untuk menjauhi kebiasaan buruk, menjauhi manusia setan, dan mengendalikan nafsu yang kerap ditumpangi setan jin dalam menyesatkan manusia. Jangan lupa memohon perlindungan kepada Allah SWT dari keburukan makhluk terkutuk itu.
Wallahu A’lam []