Dalam melaksanakan aktivitas dakwah, akhlak seorang da’i memiliki peran yang sangat penting. Masyarakat sebagai mad’u (objek dakwah) sangat mengamati segala perilaku seorang dai, apakah perbuatanya sesuai dengan apa yang diajarkan dan apakah akhlaknya mulia atau tidak baik?. Dalam segala aktivitas dakwah, akhlak dai adalah sangat penting.
Walaupun seorang dai memiliki materi dakwah yang sangat bagus, tapi dalam penyampaian dakwahnya sang dai berperilaku arogan, kasar, marah-marah dan tidak punya etika, maka mad’u sulit untuk bisa menerima dakwah yang kita sampaikan.
Dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam a konkret dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapai oleh masyarakat.
Dakwah selain harus dikemas dengan cara dan metode dan tepat dan pas, juga harus dilakukan dengan akhlak yang baik yang diperankan oleh seorang dai. Dai sebagai guru spritual di tengah masyarakat harus bisa menampilan akhlakul karimah yang sesuai dengan yang sudah di conothkan oleh Rasulullah saw dalam melaksanakan aktivitas dakwah.
Dakwah Islam memiliki prinsip-prinsip dakwah yang harus dilakukan oleh dai dalam mengemban amanah tugas dakwah. Apabila dalam dakwah, dai menggunakan prinsip-prinsip dakwah dengan benar, maka dakwahnya akan mendapatkan keberhasilan, sebaliknya jika dai dalam dakwahnya keluar dari koridor prinsip-prinsip dakwah maka dipastikan akan mengalami kegagalan dalam dakwah, Prinsip-prinsip itu diantaranya ;
Prinsip suka rela tanpa paksaan
Penganut Islam selain berkeewajiban menjalankan ajaraannnya dengan baik, juga wajib melakukan dakwah, yakni mengajak orang lain untuk menganut agama yang diyakininya itu berdasarkan kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Dalam melakukan dakwah tidak boleh melakukan pemaksaan, ancaman dan lain sebagainya, melainkan mempersilahkan orang lain untuk menganut ajaran agama tersebut dengan kemauannya sendiri, dan dengan sukarela.
Prinsip bijaksana, lemah lembut dan beradab
Pada dasarnya, manusia selain sebagai mahluk yang dapat dipengaruhi juga makhluk yang lebih suka diperlakukan dengan cara yang bijaksana, lemah lembut dan beradab. Cara-cara memperlakukan orang lain secara kasar, keras, dan brutal tidak disukai oleh kebanyakan manusia. Dakwah lebih cocok dilakukan dengan cara lemah lembut, rendah hati, dan dialogis.
Prinsip sesuai dengan tingkatan masyarakat
Fakta menunjukkan, bahwa kondisi masyarakat, baik dari segi sosial, ekonomi, pendidikan, dan lainnya bertingkat-tingkat. Keadaan masyarakat yang demikian itu, mengharuskan adanya perlakukan atau pelayanan dalam bidang dakwah yang disesuaikan dengan tingkatannya itu. Keadaan ini pada gilirannya memerlukan metode, pendekatan, dan strategi yang berbeda-beda.
Prinsip memberikan memudahkan
Secara psikologis, seseorang lebih tertarik kepada seuatu yang dapat dilakukan dengan mudah, dan tanpa beban. Dalam berdaksah agar dilakukan dengan cara yang mudah. Berbagai kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan dalam melakukan dakwah.
Prinsip menggembirakan
Berdakwah yang dilakukan oleh seseorang dnegan melibatkan pendengar atau sasaran, mengharuskan dai memiliki kemampuan untuk mengetahui suasana batin seseorang, sehingga sasaran dakwah tersebut merasa seanng mengikuti dakwah tersebut, walalupun ia harus berada di sebuah tempat berjam-jam. Menggembirakan para sasaran dakwah seharusnya dilakukan secara elegan, tidak keluar dari batas-batas kesopanan, dan bersifat akademis.
Prinsip saling menghargai dan toleransi
Dalam melakukan dakwah sering kali terjadi gesekan dengan penganut agama lain yang dapat menimbulkan keadaan yang sensitif, yakni meminu terjadinya konflik antar agama, etinis dan golongan. Agar keadaan itu tidak terjadi, maka dalam melakukan kegiatan dakwah harus disertai dengan sikap saling menghargai dan toleransi.
Wallahu A’lam.[]
Penulis: Setyo Kurniawan, MA, Dosen STAI Nurul Iman, Parung, Bogor.