spot_img

Bocoran! Kenapa Awal Puasa NU dan Muhammadiyah Sering Berbeda

Masyarakat Indonesia sering bertanya, mengapa awal puasa antara NU dan Muhammadiyah seringkali berbeda. Apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan kedua organisasi masyarakat Islam dalam menentukan awal bulan mulia tersebut.

Pada dasarnya, perbedaan awal puasa antara NU dan Muhammadiyah disebabkan oleh perbedaan metode hisab atau perhitungan kalender Islam yang digunakan oleh masing-masing organisasi keagamaan.

NU menggunakan metode hisab yang dikenal dengan istilah rukyatul hilal atau pengamatan hilal secara langsung dengan mata telanjang. Sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode hisab yang dikenal dengan istilah hisab hisabiyah atau perhitungan matematis berdasarkan ilmu falak.

Karena metode hisab yang digunakan oleh NU dan Muhammadiyah berbeda, maka terkadang awal puasa juga menjadi berbeda antara keduanya. Hal ini terjadi karena proses hisab tidak selalu akurat 100% dan juga tergantung pada banyak faktor seperti kondisi cuaca, lokasi pengamatan, dan sebagainya.

Namun, perbedaan awal puasa antara NU dan Muhammadiyah ini tidak mengurangi keutamaan dan makna dari ibadah puasa itu sendiri. Keduanya tetap menganjurkan umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan dan ketulusan hati.

Metode Rukyatul Hilal dalam Menentukan Awal Puasa

Metode Rukyatul Hilal atau pengamatan hilal secara langsung dengan mata telanjang dapat diterapkan dalam menentukan awal puasa dengan cara sebagai berikut:

1. Pengamatan dilakukan pada hari ke-29 kalender Hijriyah saat senja menjelang magrib.

2. Lokasi pengamatan dipilih di tempat yang tinggi dan bebas dari penghalang seperti gedung, pohon, dan lain-lain.

3. Pengamatan dilakukan oleh beberapa orang yang ahli dalam bidang falak atau astronomi.

4. Ketika hilal terlihat dengan jelas, maka pengamatan tersebut dianggap sah dan puasa diawali pada hari berikutnya.

5. Namun, jika hilal tidak terlihat atau sulit terlihat karena kondisi cuaca atau penghalang, maka pengamatan dilanjutkan pada hari ke-30 dan puasa diawali pada hari tersebut.

6. Setelah pengamatan, hasilnya harus disampaikan kepada umat Islam di wilayah tersebut melalui pengumuman resmi dari lembaga yang bertanggung jawab dalam menentukan awal puasa.

Metode Rukyatul Hilal ini masih sering diterapkan oleh NU dalam menentukan awal puasa, terutama di daerah-daerah yang masih mempertahankan tradisi pengamatan hilal secara langsung.

Metode Hisab dalam Menentukan Awal Puasa

Metode Hisab dalam menentukan awal puasa merupakan perhitungan matematis berdasarkan ilmu falak. Contoh penerapannya dalam menentukan awal puasa adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan data astronomi tentang posisi matahari, bulan, dan bumi untuk melakukan perhitungan matematis.

2. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus dan metode ilmu falak seperti metode ru’yah atau metode hisab tabular.

3. Hasil perhitungan ini akan menentukan tanggal awal bulan Hijriyah dan kemudian tanggal awal puasa.

4. Dalam perhitungan hisab, umat Islam tidak perlu melakukan pengamatan langsung terhadap hilal, karena metodenya hanya menggunakan perhitungan matematis.

5. Setelah perhitungan selesai, hasilnya kemudian diumumkan kepada umat Islam di wilayah tersebut melalui lembaga-lembaga yang bertanggung jawab dalam menentukan awal puasa.

Metode Hisab sering digunakan oleh Muhammadiyah dalam menentukan awal puasa di berbagai daerah di Indonesia. Metode ini dianggap lebih praktis karena tidak memerlukan pengamatan langsung terhadap hilal dan hasil perhitungannya cenderung lebih akurat karena mengandalkan data astronomi yang terus diperbarui.

Wallahu A’lam.[]

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles