spot_img

Terbongkar! Ini Mengapa Kelompok Ekstrim di Indonesia Selalu Bubar

Jatimnet

Setidaknya selama Presiden Joko Widodo dua kelompok Islam ekstrim sudah bubar dari peredaran bangsa Indonesia. Terlepas secara hukum soal pembubarannya terjadi pro kontra, dua ormas yang dimaksud memiliki rekam jejak radikalisme, baik secara verbal maupun tindakan.

Dina Y. Sulaeman, pakar Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, menyebut keterlibatan HTI dalam upaya pembunuhan Bashar Ashaad, Presiden Suriah. Satu di antara petinggi HTI juga disebut telah melakukan baiat setia dengan kelompok JAD yang merupakan sempalan Al-Qaeda, yang jelas ditetapkan sebagai organisasi teroris internasional.

Pemerintah Indonesia juga menyebut sederet keterlibatan eks FPI dalam aksi radikalisme bahkan terorisme. Sebanyak 35 orang dari FPI terlibat tindak pidana terorisme, dan 29 orang di antaranya telah dijatuhi pidana. Di samping itu sejumlah 206 orang terlibat berbagai tindak pidana umum lainnya dan 100 di antaranya telah dijatuhi pidana. 

Saya jadi teringat apa yang disampaikan Gus Ulil Abshar Abdalla pada November 2019 silam di Ponpes Candang Pinggan Indramayu. Ia menyebut, kelompok ekstrimis tidak akan eksis lama di Indonesia. Uniknya menurut Gus Ulil, Indonesia ini negara yang luwes dalam menerima segala macam kelompok dan aliran. Tapi secara alamiah, jika ideologinya tak sejalan dengan kultur Indonesia, maka ia akan tertolak dengan sendirinya.

Sudah banyak aliran dan keyakinan yang muncul di Indonesia, beberapa di antaranya seperti Gafatar, kepercayaan Lia Eden,  DI/TII, JAT, JAD, dan lain sebagainya semua akan terseleksi oleh alam Indonesia. Seperti inilah HTI dan FPI, mereka tidak sejalan dengan kultur bangsa Indonesia yang memang sejak awal Islam didakwahkan dengan cara luwes. Keduanya terbukti ditolak oleh alam Indonesia melalui pemerintah.

Gus Ulil lebih jauh menyebut tertolaknya kelompok ekstrim di Indonesia paling utama karena berkah. Berkah dari Allah SWT dan dari ulama-ulama nusantara yang masyhur dengan toleransinya. Kondisi Indonesia tidak akan sama dengan di dunia Arab, yang begitu mudahnya terprovokasi oleh kelompok ekstrim dan kewalahan dalam menyikapinya.

Ulama di Nusantara, Indonesia khususnya, meski tidak memiliki karya-karya besar laiknya ulama Timur Tengah, mereka bisa melerai pertikaian di tubuh bangsa. Alasannya karena mereka memiliki ribuan bahkan jutaan santri yang tersebar seantero negeri. Langsung atau tidak langsung, mereka telah memberi peran di masyarakat luas dan mengimplementasikan keyakinan dan sikap toleransi yang diajarkan para kiainya di tengah masyarakat. Itulah ‘kitab’nya ulama-ulama Nusantara, bukan sekadar karya tulisan, tapi konkrit memberi peran untuk toleransi di Indonesia.[]

Penulis: Tim Redaksi.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles