spot_img

Terapi Virus Corona dengan Pendekatan Sufistik

Foto: detik

Pemerintah mengumumkan lonjakan 13 kasus baru virus corona Covid-19 pada Senen (9/2/2020). Sehingga pada hari itu ada 19 warga Indonesia yang positif virus tersebut. Kemudian pada Selasa (10/2/2020) pemerintah kembali mengumumkan 8 warganya yang kembali positif terkena virus yang mulanya berasal dari Wuhan, China itu. Artinya, hingga saat ini sudah ada 27 orang yang terinfeksi virus di wilayah Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Jubir Pemerintah untuk urusan virus Corona, Ahmad Yurianto.

Penyakit yang sifatnya bil ghaib (metafisik) ini telah meresahkan hampir seluruh sudut dunia, bahkan di media juga bertebaran info bahwa Arab Saudi yang tempat lahirnya Islam, juga sempat menutup pintu masuk menuju Ka’bah. Virus Corona sudah merenggut 460 nyawa di Italia dan menginfeksi lebih dari 9.100 orang. Dilansir dari Makassariinfo, Senin (9/2/2020).

Melihat fenomena dunia tersebut, terlebih khusus Indonesia, telah berbenah diri untuk membentengi diri dari virus mematikan tersebut. Para ahli di bidang kesehatan telah banyak mensosialisasikan bagaimana menjaga kesehatan dengan baik. Selanjutnya, dari para ulama juga tidak kalah pentingnya untuk memberikan pencerahan kepada umat manusia, terlebih kepada umat Muslim di Indonesia.

Prof. Nasaruddin Umar, telah mengingatkan kepada jama’ahnya bahwa dalam mempersiapkan diri dalam merespon zaman dan kondisi yang semakin hari semakin mencekam ini, setidaknya ada tiga langkah yang harus dipersiapkan untuk membentengi diri. Hal itu diungkapkan beliau ketika di Kantor NUO Cipete, Sabtu (7/2/2020).

Benteng pertama yang harus dibangun adalah bagaimana memproyeksikan diri kesehatan fisik. Agama Islam telah banyak memberikan keterangan bagaimana umat Muslim untuk menjaga kesehatan fisiknya, mulai dari kitab fikih yang pembahasannya selalu dimulai dari bahasan tentang thaharah, ini mengisyaratkan bahwa agama Islam dibangun dari kebersihan. Selanjutnya, kebugaran tubuh telah diteladankan Nabi dalam kehidupan sehari-harinya, yaitu Nabi terkenal dengan peraih sabuk tertinggi di bidang gulat.

Lebih lanjut, Dr. dr. Luthfi Parewangi, Sp. PD dokter specialis penyakit dalam di Makassar, menyatakan bahwa buat orang yang selalu menjaga kebersihan utamanya berwudhu lima kali sehari, tidak perlu khawatir dengan virus corona. Pernyataan itu bisa dibaca di Kicaunews.com.

Selanjutnya, senjata yang wajib dipersiapkan dalam menghadapi virus ini adalah menyiapkan bekal emosional. Menjaga dan menata hati dari sifat tawakkal kepada Allah Swt, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia itu, sudah tercatat rapi dalam ketentuan dan kehendak-Nya.

Kemudian, mental untuk positif thingking juga harus ditingkatkan bahwa Indonesia akan selamat dari serangan penyakit ini, karena didukung oleh cuaca geografisnya misalkan, dan menata hati dari sifat benci dan jijik kepada manusia selain warga NKRI, meskipun rasa hati-hati tetap juga harus dipertimbangkan. Jadi, kesehatan emosial juga sangat membantu dalam melindungi kita dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Pada akhirnya, sebagai Muslim yang baik, langkah bijak yang harus ditempuh adalah menghiasi hati dan pikiran agar tidak terlalu takut dan gelisah atas musibah ini, kemudian membungkusnya dengan mengingat Allah Swt melalui zikir dan ibadah lainnya.

Terakhir, dari pemaparan Prof. Nasaruddin Umar adalah bangunan benteng yang harus di perkuat adalah kekuatan spiritual. Dinding pertahanan yang paling kokoh untuk bersandar dan berlindung dari kejadian dan fenomena ini adalah kepada Sang Pencipta Alam semesta.

Lebih detail Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa, kecerdasan spiritual ini juga bertingkat. Ada yang menyerahkan permasalahan dan problematika hidup yang dialaminya kepada Tuhan seperti bayi, yang ketika lapar, dia harus menangis terlebih dahulu. Kemudian, ada juga yang sifat tawakkalnya seperti janin dalam kandungan, segala kebutuhannya dia gantungkan kepada Ibunya, melalui kehendak Ilahi.

Dan, ada juga yang tawakkalnya bagaikan mayat. Ia tidak mempermasalahkan siapa yang memandikannya, mengkafaninya, bahkan menguburkannya. Ia hanya terdiam pasrah atas apa yang dikerjakan di sekelilingnya. Begitulah pemaparan sufistik yang diajarkan Guru Besar bidang Tafsir UIN Jakarta tersebut.

Penulis menarik kesimpulan, bahwa dalam mempersiapkan diri atas fenemona alam yang menyerang dan menyertai manusia, adalah bagaimana bisa mengawinkan dan mengkombinasikan dengan sempurna antara dimensi jasmani (kesehatan dan kebersihan) dan dimensi ruhani (Husnuzhan, tawakal, sabar dan berdoa). Sehingga kita bisa berjalan di atas bumi ini dengan sehat dan selamat dunia dan akhirat.

Penulis: Ahmad Zulki (Alumni Pascasarjana PTIQ Jakarta).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles