spot_img

Tafsir Bencana dan Musibah

Hidup di dunia tidak selamanya berjalan dengan tenang, tentram dan tanpa gangguan. Justru bukan kehidupan lagi namanya bila tidak dibumbui dengan permasalahan. Karena permasalahan atau yang biasa juga disebut dengan ujian merupakan hal yang harus ada di dalam kehidupan manusia. Sebagaimana firman Allah Swt yang ada pada potongan QS. Ali-Imran [3]:186, di sana disebutkan bahwa “kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”.

Selain itu, manusia adalah makhluk yang dituntut untuk mencapai level kesempurnaan, dituntut untuk berkembang, tidak monoton dan tidak pasif. Dan satu-satunya hal yang bisa mendorong untuk sampai pada level demikian tidak lain dan tidak bukan adalah melalui ujian. Seperti yang pernah dikatakan oleh Konfusius, salah seorang filsuf asal Tiongkok, beliau mengatakan “permata tak akan bisa diasah tanpa gesekan, begitu pula manusia, tak ada yang sempurna tanpa cobaan”.

Berkaitan dengan ujian hidup, KH Muhammad Arifin Ilham, salah seorang penceramah asal Indonesia, mengatakan ada tujuh jenis ujian hidup yang diketahui. Pertama, ujian berupa perintah Allah Swt. Kedua, ujian larangan Allah Swt. Ketiga, ujian berupa musibah. Keempat, ujian nikmat. Kelima, ujian dari orang zalim untuk kita. Keenam, ujian keluarga, suami, istri dan anak. Dan yang ketujuh adalah ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, dan termasuk sistem pemerintahan atau negara.

Artikel ini hanya akan membahas salah satunya saja yaitu ujian dalam bentuk musibah. Mengapa? Apakah jenis ujian yang lainnya tidak begitu penting untuk diketahui? Tentu tidak demikian. Tujuh jenis ujian hidup yang sudah di sebutkan di atas semuanya memiliki nilai yang penting, utamanya sebagai jalan refleksi hidup manusia. Namun, karena ujian dalam bentuk musibah merupakan jenis ujian yang paling sering disangkut-pautkan oleh sebagian orang sebagai azab Tuhan, maka menjadi penting untuk memfokuskan pembahasan tersebut dalam tulisan ini.

Azab sendiri dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah siksa Tuhan yang diberikan kepada manusia. Hubungannya dengan musibah, seringkali seseorang menganggap bahwa musibah adalah azab yang ditimpakan Tuhan kepadanya. Setiap kali ada musibah yang terjadi tidak jarang dengan sendirinya seseorang akan tertuju pada azab Tuhan. Sehingga seolah-olah Tuhan hanya bisa mengazab para hamba-Nya saja. 

Masih segar dalam ingatan kita tentang tragedi Gempa Bumi yang terjadi di Palu Sulawesi Tengah pada dua tahun silam atau lebih tepatnya di tahun 2018. Dikutip dari Wikipedia, Gempa Bumi yang terjadi di Palu tersebut berkekuatan 7,4 skala richter (SR) dan diikuti dengan Tsunami dengan ketinggian mencapai 5 meter. Selain itu juga menelan korban sebanyak 2.045 jiwa, 632 luka-luka, 100 orang hilang, dan 16.732 penduduk mengungsi.  

Tragedi Tsunami yang terjadi di Palu tersebut merupakan salah satu contoh ujian dalam bentuk musibah dan disangkut pautkan dengan azab Tuhan. Benar saja, pasca terjadinya Tsunami di Palu itu, media sosial diviralkan dengan cuitan yang mengatakan bahwa Tsunami yang terjadi di Palu itu, disebabkan oleh banyaknya tempat-tempat maksiat yang ada di Palu, sehingga Tuhanpun murka dan menurunkan azab-Nya dengan mendatangkan Tsunami di sana.

Contoh lain dari musibah yang juga ikut disangkutpautkan dengan azab Tuhan adalah penyebaran virus Corona yang terjadi di kota Wuhan China pada bulan Januari 2020. Berdasarkan berita yang beredar, korban yang terinfeksi oleh virus Corona di Wuhan sebanyak 1.113 orang yang meninggal dunia dan 500 petugas medis juga dinyatakan positif terinfeksi oleh virus Corona, bahkan diperkirakan jumlah tersebut akan semakin bertambah lebih banyak lagi.

Hal itupun kemudian mengundang perhatian dari banyak orang bahkan digadang-gadang virus Corona yang menyebar di Wuhan tersebut merupakan bentuk perwujudan murka Tuhan bagi para warga negara China, dengan alasan adanya perlakuan yang tidak manusiawi dari pemerintah China terhadap muslim Uighur. Entah kabar tersebut benar atau tidak, namun kabar itulah yang kemudian dijadikan sebagai kambing hitam di balik menyebarnya virus Corona di Wuhan.

Dan kemungkinannya masih banyak lagi contoh-contoh musibah lainnya yang juga disangkutpautkan dengan azab Tuhan. Menganggap musibah sebagai azab dari Tuhan tentu bukan sesuatu yang diindahkan dalam agama Islam. Justru adanya musibah yang menimpa manusia atau yang terjadi di sekelilingnya merupakan wujud kasih sayang Tuhan terhadap manusia itu sendiri.

Rasulullah Saw bersabda::
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji”.(HR. Ath-Thabrani).

Menurut para ilmuan, musibah yang lebih mengerikan sebenarnya adalah saat seseorang sudah menafsirkan musibah itu sendiri sebagai bentuk kemurkaan Tuhan. Akibatnya, murka Tuhan akan dianggap lebih besar daripada rahmat-Nya, sementara Tuhan sangat jauh dari sifat-sifat yang seperti itu. Karena sesungguhnya kasih sayang Tuhan lebih besar lagi dari apa yang disifatkan umatnya kepada-Nya. Dengan alasan ini jugalah sehingga mengapa kemudian di setiap permulaan surah yang ada di dalam Al-Quran diawali dengan kalimat basmalah, hal itu untuk menegaskan kepada umat manusia bahwa kasih sayang Tuhan terhadap hamba-hamba-Nya jauh lebih besar daripada murka-Nya.
Penulis: Riad (Santri Khatatamun Nabiyyin Study Center, Jakarta).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles