Ketika sebuah jalan sedang diperbaiki, papan peringatan bertuliskan ”Jalan di Tutup” dibuat untuk memperingatkan para pejalan untuk waspada. Tapi, bukan berarti bahwa jalan seseorang menuju tujuannya itu benar-benar terhalang. Selalu ada jalan lain yang dapat dilalui. Orang hanya perlu mencari atau menelusurinya.
Kadang, orang dapat mencapai tujuannya dengan rute yang berkelok-kelok melalui jalan dan gang-gang sempit. Bedanya, cara seperti ini memang dibutuhkan waktu yang lebih lama dan orang harus siap-siap dengan jalanan yang sempit dan tikungan-tikungan tajam. Namun, pada akhirnya dia akan sampai juga.
Perjalanan hidup memang seperti itu. Seseorang lebih suka melaluinya dengan rute jalan yang lurus, bergerak cepat dan mencapai tujuannya dengan jalan selancar mungkin. Tetapi, jalan seperti ini sering ditutup. Seperti meraih sukses tampak menjadi hal yang sulit. Tetapi, untuk setiap rute utama yang ditutup, pasti ada beberapa jalan kecil yang terbuka. Ini soal mencari jalan alternatif saja.
Ini berlaku jika kita menemui rintangan dan merasa tak sanggup menghadapinya secara langsung. Jika demikian maka kita harus menemukan cara tak langsung untuk mengatasinya. Sering kali, kompromi atau penyesuaian merupakan jalan keluar terbaik. Suntikan nasehat ini telah diberikan oleh Maulana Wahiduddinn Khan dalam bukunya, The Moral Vision: Ethics for Success in Life.
Saat ini, dunia telah digoncangkan dengan merebaknya virus ganas yang mematikan, Covid-19. Di Indonesia, hingga hari 21 Maret 2020, kasus positif virus tersebut telah mencapai 450 orang (Detik Health, 2020). Pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk mem-puasakan diri melakukan aktivitas di luar rumah. Hal tersebut dilakukan demi menekan angka korban, sekaligus menjadi benteng pertahanan bagi jiwa manusia (hifz an-nafs).
Pada Senin (16/02/2020), Menteri Pendidikan Nadiem Makarim melalui video pendeknya yang viral di sosmed menyerukan; cara tepat untuk menyelamatkan bangsa Indonesia adalah bekerja di rumah, belajar dan beribadah di rumah. Hal senada juga disampaikan oleh Najwa Shihab dalam nasehatnya; jaga jarak, hindari keramaian dan di rumah saja. Dan sejumlah instansi perkantoran menerapkan sistem kerja WFH (Work From Home).
Fenomena Covid-19 ini mengingatkan kita bahwa, Tuhan sedang memberikan isyarat kepada manusia untuk sadar dan bersabar. Ini semacam penutupan jalan sementara yang dirancang Tuhan. Tetapi bukan berarti jalanan tersebut tidak akan terbuka untuk selamanya. Manusia hanya dituntut untuk ber-tahannuts sekaligus bertadabbur (merenungi, mengintrospeksi dan menjaga diri).
Kemudian dari hasil perenungan tersebut diharapkan mampu menghasilkan sebuah pemikiran yang berbuah kemashlahatan bagi umat manusia dan semesta. Apalagi sebagai seorang yang beriman, harus mampu berikhtiar dan tawakal dalam menghadapi musibah tersebut.
Salah satu ayat yang bisa dijadikan tameng sekaligus motivasi dalam memungut hikmah dibalik musibah ini adalah dimana Allah swt berfirman dalam salah satu ayat Al-Quran:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. al-Ankabut: 69).
Inspirasi yang dapat dipetik dari ayat ini, ketika manusia berjuang dalam segala sesuatu (apalagi dalam mencari ridho Ilahi), Allah Swt. akan memberikan garansi keanekaragaman metode untuk menemukan jalan keluar, (ini dapat dilihat dalam kata subuluna yaitu jamak; plural; banyak).
Dan di akhir ayat ini, para mufassir menyebutkan bahwa maksud ayat Allah Swt. beserta orang-orang yang berbuat baik, Allah akan memberikan pertolongan dan perlindungan kepada orang yang berikhtiar di jalan jihad, tentu saja termasuk jihad melawan Virus Corona ini.
Akhirnya, ayat ini memberi panduan agar manusia, dalam menghadapi musibah, termasuk Covid-19, harus saling gotong royong, saling menjaga, tidak perlu pergi ke luar rumah terlebih dahulu untuk memutus penularan virus. Bukan untuk mempersulit kehidupan, tetapi untuk mewaspadai hal-hal keburukan.
Manusia dituntut untuk berikhtiar, menjalani apapun himbauan dari para medis dan pemerintah, serta tawakal semaksimal mungkin. Pasrah kepada Allah dengan sepasrah-pasrahnya. Dengan begitu, Allah akan tunjukkan jalan, bangsa kita kembali sehat, dan akan menemjuak jalan-jalan peradaban serta kemajuan yang dibanggakan. Amiin.
Penulis: Ahmad Zulki (Kandidat Doktor Institut PTIQ Jakarta).