Al-Quran sangat mengecam perbuatan yang dapat merugikan orang lain, termasuk membunuh. Al-Quran juga menuntun dan membimbing manusia yang mempunyai kebiasaan dan keberanian untuk membunuh anak-anak mereka dengan alasan karena kekurangan harta dan takut gak bisa memberikan mereka makan.
Perkara tersebut langsung direspon Al-Quran. Pertanyaan berikutnya. apakah kasus yang menimpa mereka yang terpaut jauh dengan turunnya ayat Al-Quran masih mempunyai relasi dan fungsi? Mari kita simak tulisan berikut ini.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, kita harus menyakini bersama bahwa Al-Quran itu bersifat sahih li kulli zaman wa makan, atau bahasa nge-trendnya, up to date terus. bahkan ulama banyak yang menyebutnya kitab yang kamil (sempurna) dan syamil (universal). Jadi, segala bentuk aktivitas dan kegiatan yang berhubungan dengan karakter dan bentuk sifat manusia itu terangkum lengkap dalam Al-Quran.
Mata dibuat tercengang melihat satu fenomena, yak, seorang remaja yang memiliki karakter normal membunuh balita yang masih sahabat adik tirinya, bahkan anak dari tetangga yang hanya dipisah oleh satu tembok rumah.
Menurut penuturan saksi sekaligus tetangga pelaku dan korban, pelaku ini sifat dan sikapnya biasa, layaknya anak-anak yang lain. Tapi memang dia lebih sedikit tua dibandingkan presentasi bocah yang ada di sekitar lokasi kami. Bgitu tutur saksi di acara ILC yang disiarkan langsung oleh tv one, Selasa (10/2/2020).
Kejadian aneh tersebut terkesan normal, tidak ada hal-hal yang mencurigakan, mengalir begitu saja. tanpa isyarat dan simbolisasi yang bisa diprediksi dari kejadian itu. Tetapi kalaulah kehidupan berjalan seimbang, kenapa mesti ada korban jiwa?
Al-Quran jauh-jauh hari telah mengingatkan kita bahwa perbaiki dan bekalkanlah anak-anakmu dengan kecerdasan dan kemampuan baik secara fisik maupun psikis. Lihat misalnya Al-Qur’an surat al-Anfal [8]: 60. Bisa dibandingkan juga dengan Qs. al-Nisa [4]: 9, yang memerintahkan kita bahwa janganlah kalian meninggalkan anak keturunan kalian dengan lemah (lemah fisik maupun mental psikis).
Jadi, ajaran Al-Quran telah memberikan simbolisasi atas problematika kehidupan tersebut, tinggal bagaimana anak Adam menerjemahkan dan menerapkan aksesoris petunjuk tersebut langsung ke dalam sendi-sendi kehidupan.
Mari menghiasi wajah anak negeri dengan perilaku dan kebiasaan yang terinspirasi dan keindahan dan kenyamanan yang ditiupkan ruh Al-Quran. Bekali mereka pengetahuan tentang bagaimana cara berinteraksi dengan manusia dan lingkungan sosialnya dengan semangat membumikan pesan langit melalui Al-Quran.
Tidak ada kesalahan dan dosa, jika semua perbuatan dan perkataan digantungkan pada nilai kesakralan dan keagungan Tuhan melalui Al-Quran. Kenalkan anak-anak dengan sifat dan sikap keagungan Al-Quran dalam berinteraksi, agar merepa berbudi luhur meniru kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Penulis: Ahmad Zulki (Kandidat Doktor Institut PTIQ Jakarta).