spot_img

Beda Mukmin dan Kafir dalam Menghadapi Virus Corona

Dahulu kau (Corona ST10) dibanggakan, diminati, dan diidam-idamkan oleh khalayak umum. Namun saat ini, kau datang dalam bentuk yang beda, tidak tampak namun nyata, dan kau tak dirindukan. Kau saat ini begitu ditakuti, dikutuk banyak orang dan tidak ada satupun yang mau memilikimu Corona (Covid-19).

Begitulah cerminan kehidupan. Di dalamnya tidak ada yang abadi, dan terus silih berganti. Yang membedakan adalah bagaimana kita menyikapi perubahan yang senantiasa fukluatif itu.

Namun ada satu golongan yang walaupun waktu, tempat, dan keadaan berubah, mereka tetap  dalam keberuntungan; yaitu orang-orang Mukmin.

Dari Shuhaib Ra. beliau berkata: Rasulullah Saw. bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itupun baik baginya. (HR. Muslim)

Imam al-Munawi berkata dalam kitabnya “Faidh al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Shaghir, “Keadaan seorang mukmin semuanya itu baik. Hanya didapati hal ini pada seorang mukmin. Seperti itu tidak ditemukan pada orang kafir maupun munafik.

Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur pada Allah atas karunia tersebut. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersyukur. Ketika ia ditimpa musibah, ia bersabar. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersabar.

Dalam menghadapi kehidupan di dunia ini, baik maupun yang buruk, mereka akan selalu menganggapnya sebagai ujian. Begitu banyaknya ujian yang ada, orang mukmin akan selalu melihat siapa yang memberikan ujian tersebut, bukan pada bentuk ujannya. Mereka akan meyakini semua berasal dari Allah Swt. Dan hanya kepada-Nyalah segala sesuatu akan kembali.

Berbed dengan orang kafir, orang yang kufur atas nikmat Allah Swt. Ia akan selalu menggantungkan apa-apanya pada materi. Ia tak peduli dengan kekuatan Tuhan. Ia menolak untuk berdoa, disamping tetap usaha dalam menghadapi cobaan sebagaimana virus Corona.

Seorang Muadzin di Kuwait bergetar sedih karena harus mengganti kalimat adzan “hayya ‘alassholah” dengan kalimat “sholluu fii rihalikum” (shalatlah di rumah kalian). Melafadzkan adzan dengan kalimat “assholatu fii buyuutikum,” merupakan salah satu bentuk daripada menghindari penyebaran virus corona (Covid-19). Kejadian tersebut tak lepas dari pandemi virus corona (Covid-19) ke berbagai negara.

Ini karena kebijakan lock down di Kuwait yg memperingatkan warganya shalat berjamaah di Masjid, kumpul di tempat keramaian, misalnya ke Mall atau lapangan, dan sebagainya. Hal tersebut sebagai antisipasi bertambahnya korban berjatuhan karena penyebaran virus corona (Covid-19).

Adzan ini memang tidak lazim di zaman ini, meski diperbolehkan berdasarkan pada hadis yang sebagaimana Ibnu Umar ceritakan:

قَالَ : أَذَّنَ ابْنُ عُمَرَ فِي لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ بِضَجْنَانَ، ثُمَّ قَالَ : صَلُّوا فِي رِحَالِكُمْ، فَأَخْبَرَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ مُؤَذِّنًا يُؤَذِّنُ، ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِهِ : أَلَا صَلُّوا فِي الرِّحَالِ فِي اللَّيْلَةِ الْبَارِدَةِ، أَوِ الْمَطِيرَةِ فِي السَّفَرِ

Ibnu Umar adzan pada suatu malam yang sangat dingin di Dhojnan (nama sebuah bukit di dekat mekah). Lalu ia berkata Shollu fi rihaalikum (Shalatlah kalian di rumah-rumah kalian). Kemudian ia mengabarkan pada kami bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan muadzin untuk adzan dan mengatakan setelahnya Alaa Shollu fi rihaal (Ketahuilah, shalatlah kalian di rumah) pada malam yang sangat dingin dan turun hujan ketika safar. (HR. Bukhari). Sehingga tidak memungkinkan sholat berjama’ah di masjid.

Jangan pernah berhenti adzan jika seandainya kita terpaksa memasuki lock down karena Virus Corona (Covid-19). Tetap utamakan sholat berjama’ah di masjid apabila masih memungkinkan. Minimalisir resiko dengan membawa sajadah/mukena sendiri, jaga kebersihan tubuh dan pakaian.

Bacaan (do’a) untuk menangkal penyakit bahaya seperti Virus Corona. Diriwayatkan oleh Sayyiduna Usman, dari Rasulullah Saw., ia bersabda:

بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شيء في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم ×٣

Maka ia akan terjaga sepanjang hari dari segala marabahaya. (Sunan Abu Dawud) Semoga Allah swt. Senantiasa melindungi kita semua.

Catatan:
1. Corona ST10; (merk mobil produksi Toyota 1957-1960).

2. Shuhaib bin Sinan ar-Rumi (bahasa Arab: صهيب بن سنان الرومي‎ lahir 587 M.) atau lebih dikenal Shuhaib ar-Rumi, adalah mantan budak dari Kerajaan Byzantium yang menjadi sahabat nabi dan sebagai salah satu dari pemeluk Islam pertama. Dia mendapat nisbat “ar-Rumi” karena lama menetap di negeri Romawi. Shuhaib ar-Rumi adalah veteran Perang Badr (w. 38 H. di Madinah).

2. Imam Abdurrauf al-Munawi, pengarang syarah atas kitab al-Jami’ al-Shaghir (kitab koleksi hadis yang ditulis oleh Imam Suyuti (w. 1505 M) dan banyak dikaji di pesantren-pesantren. Pesantren Nahdlatul Ulama pada umumnya).

3. Ensiklopedi Hadits (Shahih Bukhari-Muslim).

4. Imam Abu Dawud (817-202 H.) Wafat di Basrah; Syawal 275 H; umur 70/71 tahun) adalah salah seorang perawi hadis, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadis lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud. Nama lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadis, dia bepergian ke Arab Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang paling luas perjalanannya.

Penulis: Andi Muhammad Nawawi (Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles