Pandemi virus Corona telah memunculkan beragam sikap dan tindakan dari sebagian umat Islam. Di tengah wabah yang juga menjangkit banyak Negara ini muncul sebagian umat Islam yang menggunakan agama sebagai perlawanan kepada penyakit mematikan tersebut. Hingga pada titik terburuk, ada sebagian yang menentang aturan pemerintah dengan mencatut dalil-dalil agama.
Tulisan ini akan memulai dengan sebuah pertanyaan yang muncul di tengah pandemi Covid-19 ini, “Bagaimana hukum meninggalkan salat Jum’at di tengah-tengah wabah Covid-19? Bagaimana tentang anjuran pemerintah agar mengisolasi diri di rumah dan salat Tarawih di rumah, bahkan mudik juga dilarang?”
Sebuah hadis Nabi Muhammad Saw menyatakan:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: Nabi Muhammad Saw bersabda: “Larilah kamu dari penyakit menular seperti larimu dari Singa”.
Berdasarkan tinjauan hadis tersebut sangatlah jelas bahwa penyakit menular seperti judam/penyakit kusta, tha’un sudah ada sejak zaman Nabi. Bahkan dalam suatu riwayat disebutkan di zamanya Imam Bukhari telah terjadi wabah yang sangat luar biasa, sehingga masjid-masjid pada saat itu ditutup, dan salat berjamaah dilaksanakan di rumah masing-masing, persis seperti apa yang terjadi saat ini.
Oleh sebab itu, ini bukanlah hal yang baru. jika kita telusuri sejarah masa lalu suatu wabah telah terjadi setiap 100 tahun sekali. Allah Swt berfirman:
Jika suatu wabah penyakit menimpa kalian, maka sesungguhnya orang-orang sebelum kalian mengalami hal yag serupa, maka itulah hari-hari di mana kami putar hari itu dalam kehidupan manusia. (QS. Ali Imran [3]: 140).
Kemudian, bagaimana dengan orang yang berkata “Kita tidak perlu takut kepada virus, kita hanya boleh takut kepada Allah”. Mari kita pahami hadis di atas dengan seksama. Apa bedanya virus Corona dengan Singa? Mungkin kita akan menjawab, bedanya jika virus Corona (Covid-19) tidak kelihatan sedangkan Singa kelihatan.
Jika seandainya ada Singa lepas dari sangkarnya lalu kita diperingati oleh penjaganya untuk tidak mendekat, lalu apakah kita berani untuk tetap masuk? Sepertinya hanya manusia normal yang akan mencari keselamatan. Lalu apakah orang yang mencari keselamatan dari Singa tidak takut kepada Allah? Tentu tidak.
Kemudian juga bagaimana menyikapi situasi seperti sekarang ini, di mana keluar rumah dilarang, salat berjamaah tak diizinkan, masjid pun ditutup, silaturahmi tidak boleh, bahkan salat Tarawih nanti harus dilakukan di rumah. Dalam menjawab semua ini salah satu hadis Nabi Muhammad Saw menyatakan:
Terdapat sebuah hadis Nabi perihal lockdown atau perintah mengisolasi diri ketika tengah terjadi wabah/ penyakit Tha’un, Nabi bersabda: “Jika Kalian mendengar di suatu daerah terjadi penyebaran virus/ wabah maka janganlah kalian masuk ke dalamnya (lockdown). Jika kalian berada didalamnya, maka janganlah kalian keluar (isolasi diri) untuk mencegah penyebaranya“. (HR. Bukhari dan Muslim).
Adakah yang hendak membantah hadis ini? Atau meragukan kesahihanya? Atau akan berdalih bahwa Covid-19 fiktif, buatan Yahudi, atau made in China? afala ta’qilun? Afala tatadabbarun?
Selanjutnya, berkaitan dengan salat Tarawih di rumah, ada salah satu referensi dari kitab Fathul Bari Karya Ibnu Hajr Al-Asqalani sebagai berikut:
Bahwa salat Tarawih hukumnya sunnah muakkad sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim. Kemudian pada penjelasan berikutnya, Nabi melaksanakan salat Tarawih pada beberapa malam pertama di Bulan Ramadhan, yaitu dikatakan hanya tiga hari, selebihnya Nabi melaksanakan Tarawih di rumahnya karena khawatir salat Tarawih akan dianggap wajib oleh para Sahabatnya.
Walhasil, sikapilah semuanya dengan ilmu, taati anjuran pemerintah dan fatwa ulama. Amal salih yang istikamah dilakukan tidak akan berkurang pahalanya, karena kita bukan meninggalkan ke-istikamah-an itu, akan tetapi berpindah dari satu sunnah ke sunnah yang lain karena pada hakikatnya kita sudah mengikuti instruksi Nabi Muhammad Saw melalui hadis-hadisnya. Wallahu A’lam.
Penulis: Syamsuri (Alumni Tafsir-Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta/Wakabid DPC ISRI Tangsel).