Kampung halaman/istimewa
Perasaan damai selalu menyelimuti kehidupan di kampung halaman. Sepoi-sepoi angin hilir berganti menyingkap dedaunan pohon belakang rumah milik Nenek. Anak ayam berjalan dengan riang, tanpa takut dengan bisingnya kendaraan.
Udara yang sejuk, jauh dari polusi, mengobati rindu yang selama ini terpendam dalam jangkar kehidupan perkotaan. Suara dan alunan musik khas pantura, kadang juga salawatan Nasidaria 90an, ikut hiasi ketentraman kampung halaman.
Mungkin karena sudah enam tahun lebih hidup di perantauan Ibukota dengan perbedaan yang sangat drastis dengan tanah kelahiran, membuat benar-benar menikmati suasananya. Meski sanak saudara tidak semua berkumpul, kebahagiaan tetap terpatri rapih dalam sanubari.
Ah, rasanya aku ingin tetap hidup di kampung halaman. Ikut ke sawah bersama Bapak menanam Bawang, memetik Cabai Merah, dan membakar Jagung selepas dipanen dari kebunnya. Ingin sekali tetap tinggal di tanah kelahiran, menyiram tanaman di kebun, dan sesekali memberi makan anak ayam dan burung peliharaan.
Di tanah kelahiran, tak perlu jauh-jauh untuk mencari buah-buahan. Di kebun kakek sudah tersedia pepaya, sawo, mangga, pisang, jambu biji, dan masih banyak lagi. Kapan pun mau, bisa dipetik dan dimakan. Cukup bisa menambah gizi, yang kata orang kota penting untuk dikonsumsi.
Meski tak seramai Ibukota dengan gedung-gedung pencakar langitnya, tanah kelahiran tak bisa ditandingi oleh apapun. Suasananya menenangkan jiwa. Udaranya mendamaikan perasaan.
Ditambah dengan kondisi Ibukota yang kata orang kini sedang tidak baik-baik saja, asa kehidupan di tanah tempat lahir terus dirindukan sampai kapanpun. Wajar saja jika dulu Nabi menangis saat akan meninggalkan tanah Makkah, tanah kelahiran manusia suci itu. Karena kampung halaman, tempat yang benar-benar menyimpan damai dan kedamaian.
Untuk kalian yang sedang berada di perantauan, pulanglah sejenak. Tengoklah sebentar kebun milik Kakek dan Nenek, pasti kan obati rasa resah dan gelisahmu. Pulanglah ke kampung halaman walau dalam waktu yang singkat, rasakan sejuknya udara tanah kelahiranmu, maka jiwamu akan terus tentram dan damai.[]
Penulis: Lufaefi.