spot_img

Menjadi Damai dengan Sifat Ridha

Ridha merupakan sikap menerima atas pemberian Allah Swt. Dalam Islam, Ridha memiliki kedudukan penting. Rasulullah Saw. Sendiri pernah bersabda:

“Sesungguhnya yang pertama kali oleh Allah di Lauh Mahfudz: ‘Bismillahirrahmanirrahim, Aku adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, tidak ada sekutu bagi-Ku. Siapa saja yang berserah diri kepada ketentuan-Ku, besabar atas ujian dari-Ku, dan ridha akan ketetapan-Ku. Maka Aku akan memasukannya ke dalam golongan orang yang benar dan akan Kubangkitkan bersama orang yang benar pada hari kiamat.”

Melalui hadits di atas, kita bisa memahami, betapa sifat ridha sangat disukai olah Allah Swt. Sampai di hari kiamat kelak, akan dikumpulkan bersama orang-orang yang benar. Berangkat dari urgensi sifat ridha di atas, Syekh Muhammad Khalid Tsabit menulis sebuah buku berjudul ‘Ridha’. Buku yang tidak saja menjelaskan pentingnya sifat ridha, tetapi juga kisah-kisah inspiratif berkaitan dengannya.

Biorafi Singkat Muhammad Khalid Tsabit

Muhammad Khalid Tsabit adalah seorang dai-penulis kelahiran Kairo 13 April 1947. Ia tumbuh di rumah yang kental nuansa keilmuan dan moralnya. Ia putra seorang penulis besar Khalid Muhammad Khalid. Perpustakaan pribadi ayahnya yang lengkap dan besar telah memberinya kesempatan sejak dini untuk menikmati berbagai karya bermutu.

Rumah itu juga jadi tempat berkunjung para kerabat dan sahabat, juga siapa saja yang berminat, terutama dari kalangan pengajar dan pelajar.

Setelah mendalami Studi Bahasa Arab dan Keislaman hingga Pascasarjana (lulus 1976), beliau aktif meneliti, menulis, dan berdakwah bil lisanil maqal maupun bilisanil hal.

Tentang Buku ‘Ridha’

Buku karya Muhammad Khalid Tsabit merupakan buku yang menjelaskan pentingnya sifat ridha. Penjabaran yan dituangkan di dalamnya bukan saja mengenai pemaparan keutamaan sifat terpuji tersebut, tetapi juga sarat dengan nasihat serta kisah-kisah teladan yang sangat inspiratif.

Melalui buku ini, kita akan diajak menelusuri jejak para ‘arif yang telah kukuh berpegang pada sifat ridha. Dengan begitu, kita mampu memahami jalan yang mereka tempuh, memperhatikan detail pesan-pesan bijak mereka bisa mencium semerbak wangi telaga yang damai dan tentram: telaga ridha yang menjadi tujuan dan puncak harapan mereka.

Buku ini terdiri dari lima bab, yaitu Ridha dan Kedudukannya, Ridha adalah Buah Ma’rifat, Ciri-Ciri Ridha, Kalangan yang Tertahan dari Nikmat Ridha, dan Contoh Orang yang Ridha dan Diridhai. Masing-masing bab memiliki sub babnya tersendiri, entah itu dalam bentuk nasihat-nasihat ulama ataupun kisah-kisah teladan.

Penulis coba contohkan penjelasan bab ketiga, yaitu Ciri-Ciri Ridha. Menurut Khalid Tsabit, salah satu ciri-ciri ridha adalah mampu menanggung rasa sakit. Artinya, jika ia menanggung rasa sakit, ia tidak akan mengeluh. Lebih dari itu, rasa sakit yang dideritanya justru membuatnya hatinya lebih dekat dengan Allah Swt.

Menurut Imam Al-Qusyairi, seseorang yang mampu ridha terhadap rasa sakit yang dideritanya adalah ketika ia memandang penyebab rasa sakit adalah dirinya sendiri, bukan orang lain. Ia tidak sibuk mencari siapa orang yang paling layak disalahkan atas penderitaannya, melainkan dikembalikan kepada dirinya sendiri. Dirinya lah yang paling bertanggung jawab atas sakit yang dideritanya.

Selain mindset di atas, ia juga yakin bahwa Allah mengetahui dan mangawasi rasa sakit yang dideritanya.  Dan, ini mungkin sulit dicapai, ia sudah keluar dari batas standar manusia; dirinya sudah mencapai pada derajat kesucian dan kehinaan, nafsu mereka telah fana. Sebagian orang yang mampu menerima rasa sakitnya, juga bisa jadi karena keyakinan kuat tertancap dalam jiwanya, bahwa semua yang terjadi di alam raya ini sudah kehendak Allah; berserah diri kepada-Nya adalah jalan satu-satunya.

Terkait bab ketiga ini pula, Muhammad Khalid Tsabit mengutip beberapa kisah inspiratif. Salah satunya kisah Syekh Ahmad al-Rifa’i. Konon, ia memliki seorang istri yang galak. Istri tersebut sering bertindak buruk pada suaminya, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Bahkan, Syekh Ahmad al-Rifa’i pernah dipukuli pundaknya dengan menggunakan centong berbelangga sehingga pakaiannya kotor.

Namun, Syekh Ahmad al-Rifa’i ridha dan sabar terhadap perlakuan sang istri. Berkat keridhaanya itu, ia mendapat kedudukan setara dengan para shiddîqîn di akhirat.

Masih banyak lagi kisah inspiratif yang terkandung dalam buku ini. Hemat penulis, buku ini cocok dibaca oleh siapapun. Terutama bagi anda yang sedang beruasaha untuk menanamkan sikap ridha, menerima apa yang kita miliki dengan penuh lapang dada.

Identitas buku:

Judul: Ridha

Penulis: Muhammad Khalid Tsabit

Penerjemah: Dedi Ahimsa Riyadi

Penerbit: PT Qaf Media Kreativa

Cetakan: I, April 2021

Tebal: 457 halaman

ISBN: 978-623-6219-00-3

Muhamad Abror
Jurnalis, Esais, Pegiat Kajian Keislaman (wabilkhusus sejarah), Alumni Ponpes KHAS Kempek Cirebon, Mahasantri Mahad Aly Sa'iidusshiddiqiiyah Jakarta

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles