spot_img

Memotret Cita-Cita Al-Quran dengan Tafsir Maqasidi

Judul Buku: Metode Tafsir Maqasidi; Memahami Pendekatan Baru Penafsiran Al-Qur’an
Penulis: Wasfi Asyur Abud Zaid
Penerjemah: Ulya Fikriyati
Tahun Terbit: 2019
Tebal Halaman: 242 halaman
Penerbit: Qaf Media Kreativa
Peresensi: Lufaefi
Al-Qur’an diturunkan demi tujuan mulia dan cita-cita tinggi. Al-Qura’an selalu mendendangkan tentang petunjuk bagi manusia dan membahagiakan di dunia dan di akhirat”.
Kutipan di atas merupakan bagian kecil dari isi buku “Metode Tafsir Maqasidi”. Sebagian kalimat yang pendek namun mengandung maksud yang komprehensif terhadap tujuan mengapa Al-Qur’an diturunkan di muka bumi. Kutipan tersebut–hemat penulis–juga merupakan gambaran umum dari isi buku karya Wasfi ‘Asyur tersebut. Di mana secara konseptual, kutipan tersebut merupakan apa yang ingin dicapai dalam kajian tafsir maqasidi.
Tafsir maqasidi sendiri didefinisikan oleh penulis buku adalah salah satu ragam dan aliran tafsir di antara berbagai aliran tafsir yang berupaya menguak makna-makna logis dan tujuan-tujuan beragam yang berputar di sekeliling Al-Qur’an, baik secara general maupun parsial, dengan menjelaskan cara memanfatkannya untuk merealisasikan kemaslahatan manusia (hal.20). Definisi tersebut kiranya mencakupi ragam tujuan-tujuan tafsir Al-Qur’an, baik tafsir yang berirama tekstual, rasional, hingga kontekstual.
Sepanjang yang penulis ketahui, buku yang mengupas penjelasan tema kajian yang terbilang masih baru ini (tafsir maqasidi) masih langka. Kabanyakan hanya mengkaji metode-metode tafsir yang umum, seperti metode tahlili, ijmali, muqaran, dan mau’dhui. Dan menariknya, sebagaimana diungkap dalam buku ini, keempat metode tersebut dapat berada di bawah payung tafsir maqasidi. Sebagaimana disinggung oleh penulisnya, bahwa tafsir maqasidi di samping menjadi salah satu ragam tafsir (secara mandiri), ia juga menyatu dan menembus batas-batas dari semua ragam tafsir yang ada. Tidak ada satupun tafsir yang tidak membutuhkannya (hal.23). Hal demikian kembali lagi karena tafsir maqasidi memberikan jalan bagi Mufasir untuk mengungkap cita-cita Al-Qur’an.  
Buku yang diterjemahkan dari kitab Nahwa al-tafsir al-Maqasid al-Quran al-Karim ini cukup komprehensif dalam menjelaskan metode tafsir maqasidi dibandingkan karya-karya lain semisal Maqasid Al-Quran karya Abdul Mustaqim dan Tafsir Maqasidi karya Forum Kajian Ilmiah Ahl Shufah, Lirboyo, Kediri. Orientasi kedua buku tersebut lebih kepada kajian tematik, tidak membedah maksud, ragam, tekenik, aturan dan syarat-syarat seorang yang hendak menafsirkan dengan tafsir maqasidi.
Hal yang cukup baru dan menarik dari buku terbitan Qaf Media Kreativa ini adalah pembahasan soal bagaimana teknik menggali maqasidi Al-Quran. Di mana untuk menemukan cita-cita Al-Qur’an tidak saja menyimpulkan secara universal tentang kemaslahatan di dalam teks Al-Qur’an, akan tetapi terdapat teknik dan tata caranya untuk sampai pada maqasid Al-Quran tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam buku ini, terdapat empat metode menggalinya, yaitu metode tekstual, induktif, konlusif dan eksperiman para Pakar Al-Qur’an.
Metode tekstual maksudnya adalah menggali maqasidi Al-Qur’an yang terdapat pada bahasan apa yang disebutkan dan ditekankan secara jelas di dalam teks Al-Qur’an (hal. 95). Sedangkan metode induktif yaitu metode mengambil sampel parsial untuk menyimpulkan sebuah hukum general atau kaidah umum tentang sesuatu (hal. 95). Sementara itu metode konklusif ialah metode mengumpulkan ayat-ayat tema tertentu dan kemudian mengambil kesimpulan general melalui proses analisis dan penelitian (hal. 104). Dan metode eksperimen para Pakar Al-Qur’an ialah metode dengan cara mempertimbangkan pengalaman dan tingkatan keilmuan para pakar Al-Qur’an. (hal. 107).
Buku yang terbit di tahun 2019 ini terdiri dari enam bab pembahasan, yang mana antar bab-babnya saling melengkapi satu sama lain. Bab pertama, membahas definisi tafsir maqasidi dan kaitannya dengan ragam tafsir yang lain. Bab kedua, menjelaskan ragam maqasid Al-Qur’an. Bab ketiga, teknik menggali maqasid Al-Quran. Bab keempat, syarat-syarat Mufasir maqasidi. Kelima, aturan-aturan tafsir maqasidi. Dan keenam, memaparkan manfaat tafsir maqasidi. Setiap babnya terdiri dari sub-sub bab yang dijelaskan dengan bahasa yang ringan dan dengan alur yang selalu kokoh dengan tujuan pembahasan tafsir maqasidi.
Secara tidak langsung, tafsir maqasidi adalah cara menafsirkan Al-Qur’an yang tujuan utamanya adalah menggali apa yang hendak disampaikan oleh Allah Swt melalui kalam-Nya. Dengan menggunakan tafsir maqasidi seorang Mufasir tidak akan tersesat kepada penafsiran yang subjektif dan atau mengutamakan keinginan individu seseorang atau kelompoknya saja. Lebih utamanya lagi, tafsir maqasidi berusaha bukan hanya menuntun Mufasir untuk menafsirkan Al-Qur’an kepada cita-cita Al-Qur’an itu sendiri, akan tetapi memperbaiki keimanan seorang Mufasir. Sebagaimana disebutkan oleh penulisnya, beberapa manfaat dalam menggunakan tafsir maqasidi ialah seorang Mufasir dapat menaati perintah Allah dan Rasul-Nya (hal. 169) dan menjadikan keimanan serta keyakinan tentang nilai dan posisi Al-Qur’an semakin bertambah (hal.175).   
Suatu karya tidak akan pernah lepas dari sebuah kekurangan. Hal yang hemat peresensi menjadi kekurangan buku ini adalah ketiadaan contoh-contoh menafsirkan Al-Quran ketika penulis menjelaskan metode-metode tafsir maqasidi, dari mulai metode induktif dengan ragam bentuknya, metode konklusif dan metode eksperiman Pakar Al-Qur’an. Pada bagian ini penulis seharusnya memperbanyak contoh-contoh penafsiran Al-Qur’an dengan langkah-langkah tersebut di atas, sehingga pembaca akan lebih cermat dalam menerapkan teknik-teknik tersebut dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Alakullihal, buku ini menjelaskan dengan apik tentang tafsir maqasidi, dari dari sisi epistemologi, ontologi ataupun aksiologinya. Metode tafsir maqasidi yang dipaparkan dengan renyah di dalam buku ini kiranya relevan digunakan dalam menelaah ayat-ayat Al-Qur’an, agar tidak lagi terjadi fanatisme penafsiran yang berakibat pada perpecahan di tengham umat. Sebagaimana dikutip dalam buku ini, bahwa salah satu faidah penting yang dapat dipetik dalam tafsir maqasidi adalah mengurangi pertentangan dan menghindari kefanatikan (hal. 186). Akhirnya, buku ini sangat recomended  dibaca para pengkaji Al-Qur’an dan umat Islam secara umum untuk bersahabat dengan Al-Qur’an dan memotret cita-cita Al-Qur’an untuk kemaslahatan seluruh umat manusia. Wallahu A’lam.
Resensi Asli dimuat di www.fkmthi.com. 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles