Pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman dunia. Virus yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Cina, ini menembus batas. Tak hanya negara-negara sekuler, negara-negara Islam pun ikut terdampak wabah yang telah mematikan ribuan orang ini.
Di Indonesia, alih-alih pemerintah terus menggenjot aturan untuk menuntaskan masalah pandemi Covid-19, ada sebagian kelompok yang mengatasnamakan kelompok paling Islam, pengasong khilafah, yang justru menjelekkan pemerintah. Mereka fanatik dengan khilafah. Sampai-sampai, menurut mereka, tak ada solusi untuk pandemi kecuali dengan khilafah.
Pernyataan para pengasong khilafah ini tentu terlalu mengada-ada. Tidak sesuai dengan akal sehat dan fakt di lapangan. Disebut oleh World Food Programe (WFP) negara-negara Islam juga ikut terdampak pandemi Covid-19 ini. Bahkan, dua negara Islam yang paling parah tertimpa dua musibah sekaligus adalah negara Islam yang sarat dengan kekhilafahan, yaitu Suriah dan Yaman.
Sebagaimana diketahui Suriah adalah negara di mana lahir kelompok teror ISIS, teroris dunia, yang menandai ancaman semua negara. ISIS adalah kelompok teroris yang mengkampanyekan negara Islam khilafah Islamiyyah, sebagaimana HTI, JAD, FPI, dan kelompok-kelompok semacamnya.
Negara yang dibanggakan kelompok ekstrim radikal di Indonesia ini justru terdampak wabah. Mereka tidak melakukan pengobatan dengan sistem khilafah. Mereka tetap melakukan protokol kesehatan sebagaimana kita lakukan, dan melakukan vaksinasi dikirim dari negara-negara Barat.
Secara historis, wabah juga pernah menjangkit negeri kekhilafahan, bahkan sejak masa sahabat Nabi. Adalah di Syam, saat Umar Ibn Khattab menjadi Khalifah, pernah terdampak wabah Tha’un. Sang Khalifah tidak mendorong para sahabat dan waganya untuk melawan wabah dengan khilafah. Justru, Umar Ibn Khattab meminta warganya agar tidak memasuki Syam.
Pada saat itu, seorang sahabat Nabi bernama Abu Ubaidah, berbeda pandangan dengan Umar, dan ia memaksa masuk ke Syam, hingga akhirnya ikut terkena wabah dan meninggal dunia. Jika kita anggap di masa itu menggunakan sistem khilafah, mengapa sahabat Umar tidak tegas melawan wabah dengan khilafah?
Rasulullah pun bersabda, seperti diriwayatkan oleh Imam Ahmad, agar umatnya saat menghadapi wabah harus dengan kesabaran. Di samping harus mematuhi protokol kesehatan dengan tidak masuk ke daerah yang terdampak wabah (HR. Imam Ahmad). Pada hadis lain, yang diriwayatkan Abu Daud, Rasulullah meminta agar umatnya berpencar (jaga jarak) saat hadapi wabah yang menular (HR. Abu Daud).
Pertanyaannya kemudian, mengapa Rasulullah, para sahabatnya, atau kekhalifahan pasca mereka, tidak menjadikan khilafah sebagai solusi menghadapi wabah? Karena khilafah bukan produk Tuhan. Khilafah hanya produk sejarah yang juga merupakan sistem buatan manusia, sebagaimana Demokrasi dan Pancasila. Khilafah tak bisa memberi solusi atas persoalan umat manusia.
Sebaliknya, para Khalifah (bahkan Rasulullah), mengharuskan para sahabatnya mematuhi protokol kesehatan; dengan tidak berkerumun, tidak keluar rumah, dan tentu dengan menjaga kebersihan di manapun. Khilafah tidak lain kecuali sistem buatan manusia yang tidak bisa apa-apa. Bahkan, kini, dan seterusnya, khilafah ditolak di mana-mana baik di negara non-Islam maupun negara Islam. Khilafah mustahil bisa menjadi solusi pandemi Covid-19.[]