Foto/Terorisme; Dok: kajianpustaka
Akhir-akhir ini Densus 88 banyak menangkap terduga teroris di berbagai daerah, seperti di Jakarta, Bekasi, Bima, Tangsel, Surabaya, Makassar, dan lain sebagainya. Tidak seperti biasanya, fenomena penangkapan terduga teroris ini terus berlanjut dan tak ada henti-hentinya.
Bila kita flashback ke belakang, dua organisasi Islam yang mengaku paling baik Islamnya, yaitu HTI dan FPI telah dibubarkan oleh pemerintah. Keduanya banyak terindikasi melakukan aksi-aksi radikalisme, bahkan terorisme.
Lalu kenapa ekstrimisme beragama di Indonesia masih saja ada dan terus berlangsung? Adanya bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan penyerangan Mabes Polri di Jakarta menjadi salah satu bukti kuat akan masih eksisnya gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia.
Terorisme berawal dari adanya pandangan yang ekslusif dalam ajaran agama. Yusuf Qardhawi menyebut, fenomena radikalisme dan terorisme muncul sebab adanya sementara orang yang salah dan sembrono dalam memahami agama melalui sumber-sumbernya.
Lalu siapa orang yang masih memahami demikian itu? Kita bisa mudah menebak bahwa walaupun secara organisatoris sudah hilang, ideologi dua organisasi itu masih eksis. Gerakannya masih berjalan di bawah tanah. Adanya ekstrimisme dan radikalisme itu bisa sangat mungkin dilakukan oleh eks HTI dan eks FPI.
Pihak kepolisian pun pada 2019 mengungkap 37 anggota FPI telah terlibat dalam aksi terorisme. Lagi, beberapa barang bukti ketika Polisi menangkap terduga teroris, beberapa barang temuannya adalah atribut-atribut FPI, seperti kaos, buku, dan kartu identitas. Artinya, ekstrimis itu masih dilakukan oleh eks-eks kelompok terlarang itu.
Analisis di atas ingin menyebut bahwa kemungkinan adanya anggota eks HTI dan FPI melakukan aksi teror di negeri ini bisa sangat memungkinkan. Selain memiliki pemahaman ideologi yang ekslusif dan keras, keduanya sangat mungkin masih menyimpan balas dendam kepada pemerintah yang telah menonaktifkan gerakannya itu.
Patut dianalisis juga kalau masih adanya terorisme di Indonesia ini (sangat mungkin) karena dua anggota-anggota eks HTI dan FPI ini telah bergabung dengan anggota teroris. Sebagaimana penemuan kepolisian bahwa ada banyak anggota FPI yang digandeng oleh JAD untuk melakukan amaliyah aksi terorisme.
Alasan yang juga sangat masuk mungkin terjadi adalah dimanfaatkannya eks dua kelompok yang sudah dibubarkan pemerintah itu oleh gerakan teroris. Karena pada dasarnya, baik teroris, HTI maupun FPI, sama-sama berjuang hendak membuat “kekacauan” di tengah masyarakat yang pluralis, beragam dan multidimensional.
Melalui alasan-alasan dari analisis penulis, sehingga sangat jelas mengapa fenomena penangkapan terhadap terduga teroris itu masih saja muncul, bahkan semakin berkembang dan semerbak. Baunya anyir dan tidak enak bagi bangsa Indonesia yang ditakdirkan beragam. Semoga kita bisa menghindari diri, keluarga, dan semua orang yang kita cintai terhindar dari aksis teroris. Amin.[]
Penulis: Tim Redaksi Nuansanet.id