ABWE
Mereka yang bergabung, terhasut akan buaian, tenggelam akan khayalan memimpikan kerajaan dengan kejayaan Islam seperti di masa lalu. Hal ini memperlihatkan ‘ketidaktahuan’ mereka tentang larangan yang ada dalam Islam.
Islam melarang umatnya untuk tidak terlalu berlarut atau tenggelam dalam khayalan. Karena yang dilakukan para anggota kerajaan-kerajaan ‘baru’ yang fenomenal ini berlebihan serta dengan usaha yang dinilai tidak rasional.
Kehidupan manusia memang tidak bisa dijauhkan dengan masa lalu atau yang kita sebut sebagai “sejarah”. Di dalam Islam pun kita diajarkan untuk mempelajari sejarah sebagai pertimbangan hidup kita ke depannya.
Namun, untuk bisa menghidupkan kembali kejayaan Islam yang dulu pernah diraih bukan suatu hal yang mudah. Apalagi dengan mendirikan suatu kerajaan seperti pada masa lalu.
Dengan usaha yang tidak masuk akal, lalu hanya dengan berdasarkan keyakinan-keyakinan semata, Islam memandangnya sebagai angan-angan khayalan yang berlebihan dan sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan.
Islam mengaharuskan umatnya untuk mempelajari masa lalu yakni sejarah. Karena di dalam Alqur’an pun selain terdapat kisah-kisah di masa depan, juga banyak terdapat kisah-kisah di masa lalu yang mesti kita pahami.
Nalar manusia juga diciptakan, senantiasa didorong untuk digunakan dalam mempelajari sesuatu serta mengendalikan keinginan (dalam pandangan agama).
Pun dalam konteks sejarah, Alqur’an senantiasa mendorong manusia agar membaca setiap kisah dari umat-umat terdahulu, mempelajarinya, kemudian memungut setiap hikmah yang ada di baliknya.
Sehingga manusia tidak lagi mengulangi kesalahan-kesalahan yang dilakukan umat-umat terdahulu, tetapi lebih hati-hati lagi dalam melangkah serta lebih mempersiapkan dirinya untuk menyongsong masa depan.
Dorongan tersebut dapat dilihat jelas di dalam QS. Muhammad ayat 10:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا
Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.
Kemudian, larangan untuk ‘terlena’ pada khayalan. Islam mendorong pula para pemeluknya untuk tidak terlalu berangan-angan atau khayalan belaka. Sebagaimana hadis nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari:
لاَ يَزَالُ قَلْبُ الْكَبِيرِ شَابًّا فِى اثْنَتَيْنِ فِى حُبِّ الدُّنْيَا ، وَطُولِ الأَمَلِ
Jiwa seseorang yang sudah lanjut usia tidak akan menua dalam hal mencintai harta benda duniawi serta berlebihan dalam bercita-cita.