spot_img

Islam Cinta Haidar Bagir (1): Neraka Diciptakan Atas Dasar Kenikmatan

 

ISTIMEWA

Haidar Bagir, salah satu tokoh Islam yang sukses dalam bisnis penerbitan buku-buku islami dan filantropi Islam, juga dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh. Bukan hanya di Indonesia, tetapi dunia. Bahkan, Haidar sudah beberapa kali masuk dalam salah satu dari 500 tokoh berpengaruh di dunia.

Haidar dalam siaran Humor Sufi dengan host Candra Malik dan Prie GS, menjelaskan sebagian dari pemikiran-pemikiran Islam cinta, salah satu gerakan yang juga diinisiasi olehnya, dalam menyikapi fenomena keagamaan yang kerapkali dibalut kepentingan politik. 

Dalam tayangan itu, Haidar mengatakan bahwa pada dasarnya surga dan neraka itu sama. Tidak berbeda. “Nar” dan “Nur” akar katanya sama, hanya saja kata “Nar” memiliki unsur panas. Ketika Nabi Musa hendak menerima amanah kenabian, ia pergi ke Bukit Tua yang gelap. Di sana ia melihat ada api. Ia berkata, “Inni anastu naaran; aku melihat api di kejauhan”. Nabi Musa mengatakan demikian karena meyakini bahwa api yang dilihatnya itu akan menolong. Ia bisa membimbing dirinya untuk menuju tempat untuk menerima kenabian.

Bukti bahwa api (identitas neraka) merupakan nikmat Allah adalah sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an, yakni ketika dalam surah Ar-Rahman Allah mengatakan akan memberi azab pada mereka yang berbuat jahat di dunia dengan mengelilingi api yang bergejolak. Kata Haidar, ayat itu kemudian diikuti dengan “fabiayyi alaa’irabbikuma tukadzibaan; nikmat mana lagi yang kau dilustakan.” Neraka, justru menjadi rahmat, karena akan membakar dosa-dosa semua orang sehingga kelak mereka semua berkesenpatan bisa menemui Tuhan. 

Mengutip Ibn ‘Arabi, Haidar juga mengatakan, benar bahwa neraka diciptakan atas dasar kenikmatan. Memang panas. Akan tetapi, sebetulnya tergantung tempramen kita. Jika temperamennya dingin, maka neraka akan menjadi penghangat. Nikmat. Maka sebab itu penggunaan kata azab untuk balasan ahli neraka bisa berubah jadi “udzbah” yang maksudnya manis, dingin. Tetapi sebaliknya, jika tempramen seseorang panas, maka akan menyiksa. Tempramen itu perbuatan kita sendiri.

Mengutip Ibn Qayyim, Mulla Shadra, dan Ibn Arabi, ia pun mengatakan tidak ada siksa yang abadi di dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an saat Allah mengatakan ‘kelanggengan neraka (khaalidina fiihaa)’, kata ganti yang digunakan ialah kata ganti feminim (haa), yang itu balik ke neraka, bukan menggunakan kata ganti maskulin (hu), yang mestinya kembali ke ‘azab’. Artinya, yang kekal itu nerakanya, bukan azabnya.

Bagi Haidar, bahwa neraka pada dasarnya diciptakan atas dasar kenikmatan surga, ini juga terkomfirmasi bahwa memang benar kasih sayang Allah itu mencakup segala hal, akan didapatkan siapapun, tanpa terkecuali. Semua orang berkesempatan akan mendapatkan kenikmatannya kelak.

Maka, katanya, selaiknya tidak elok jika ada yang sulit memaafkan orang lain, sulit memberi cinta pada yang lain. Allah saja tidak membatasi cinta-Nya kepada siapa saja. “Neraka menjadi obat, yang membakar dosa-dosa pendosa, sehingga semua orang dibberi jalan untuk mendapat nikmat sejati, kasih sayang Tuhan.”

Penulis: Lufaefi.

Sumber: Channel Humor Sufi.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles