Poto/Istimewa
Jagat media sosial digegerkan dengan adanya pernyataan sementara orang yang mengaku akan menyeret orang lain untuk masuk neraka dengan alasan tidak memberi keadilan kepada kawan sejawatnya saat berada dalam sidang peradilan. Pernyataan ini pun heboh di dunia maya. Warganet juga ramai-ramai berkomentar, dari yang pro hingga yang kontra.
Pernyataan di atas, hemat kami, terlalu memaksakan kehendak nafsu pribadi dan mengesampingkan kehendak Allah serta terlalu su’udzan. Karena Allah saja, terhadap pelaku maksiat, masih sangat mungkin untuk memasukkannya ke surga. Karena dalam hadis nabi disebutkan, rahmat Allah lebih besar dibandingkan dengan amarah-Nya (warohmatii wasi’at kulla syai’in).
Masuk neraka atau tidaknya seseorang ditentukan oleh kehendak (qudrat) Allah, bukan kemauan manusia. Dalam QS. An-Nisa Ayat 14, Allah berfirman yang artinya: “Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan.”
Ayat di atas jelas mengatakan Allah yang akan memasukkan ke neraka atas orang-orang yang durhaka kepada-Nya dan kepada rasul-Nya. Bahkan, Nabi pun tak memiliki kuasa untuk memasukkan umatnya masuk neraka. Jangan sampai, hanya karena emosi yang sedang tak terkontrol, seseorang hendak merampas hak Allah, ingin memasukkan orang lain ke neraka.
Di dalam surah yang lain, yaitu QS. Al-Muddatsir Ayat 42-44 Allah juga berfirman yang artinya: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.” Ulama tafsir, seperti Al-Qurtubhi dan At-Thabari menyebut, orang-orang yang melanggar perintah Allah dalam ayat di atas dimasukkan ke neraka atas kehendak Allah [bukan kehendak manusia, bukan juga kehendak Nabi].
Setiap orang memang tidak ingin masuk ke neraka. Karena tak enak rasanya. Pertanyaannya, siapa sebenarnya orang-orang yang akan Allah masukkan ke neraka itu? Imam Al-Ghazali dalam Minhajul ‘Abidin, menyebut ada enam golongan, dan golongan yang keempat adalah orang yang fanatik terhadap golongannya. Ia membela mati-matian individu atau kelompok yang diikutinya, daripada meyakini kebenaran hatinya.
Jangan mudah menuduh orang lain akan masuk neraka, apalagi ingin memasukkan orang yang tidak disukai untuk masuk ke neraka. Sebab, neraka amat mahal bagi umat Islam yang meyakini ketauhidan Allah. Selagi hati seseorang masih meyakini ketauhidan Allah, maka Allah pun masih sangat mungkin untuk mengasihinya agar bisa masuk ke surga dan menjauhkannya dari api neraka.
Demikian ditegaskan dalam salah satu hadis riwayat Imam Muslim, yang artinya: “Akan keluar dari neraka orang yang mengatakan: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sedang di dalam hatinya ada seberat gandum kebaikan, akan keluar dari neraka orang yang mengatakan: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sedang di dalam hatinya ada seberat gandum kebaikan, akan keluar dari neraka orang yang mengatakan: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah sedang di dalam hatinya ada seberat jagung kebaikan”.
Kita semua yang masih meyakini keesaan Allah dan tidak menyebarkan fitnah, masih sangat mungkin akan Allah masukan ke dalam surga dan akan Allah jauhkan dari neraka. Sebaliknya, mereka yang gemar memfitnah, baik memfitnah pemerintah sah, memfitnah hakim dan jaksa yang sah, memfitnah masyarakat yang tak mendukungnya, atau memfitnah lawan politiknya, dipastikan tak akan masuk surga. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak masuk surga orang yang suka menyebarkan fitnah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
‘Ala kulli hal, kelak di akhirat, tidak akan ada seorang pun yang berhak menyeret orang lain untuk masuk neraka atau menggandeng semaunya sendiri orang lain untuk masuk surga. Hanya dan hanya Allah yang bisa dan mampu menentukan akan masuk ke mana seseorang kelak, apakah ke surga atau neraka. Siapapun dengan angkuh menganggap bisa memasukan orang lain ke neraka, sama dengan merampas hak Allah. Na’uzubillah.[]
Penulis: Tim Redaksi Nuansanet.id