Alkisah, ada seorang kiai yang memiliki pohon mangga di depan rumahnya. Buahnya lebat dan amat manis rasanya. Setiap orang yang melewati pohon milik kiai, selalu kagum dengan keberhasilan kiai merawat pohon mangga itu.
Tapi apalah daya, buah mangga itu sedikit demi sedikit habis dicuri oleh maling yang tak diketahui siapa orangnya. Sang kiai kesal karena pada waktunya panen, buah mangga miliknya habis diambil orang tanpa tahu siapa pencurinya.
Saking kesalnya, sang kiai menempelkan kertas di batang pohon mangganya. Isi tulisannya, “Wahai pencuri mangga, tahukah kamu bahwa Tuhan mengetahui seluruh perbuatanmu?”
Harapan Kiai setelah memasang kertas peringatan itu, maling menjadi kapok dan tidak lagi mengambil buah miliknya. Ia juga berharap agar si maling sadar akan perbuatan dosanya.
Namun apa yang terjadi? Keesokan harinya, mangga sang kiai justru habis dicuri semua oleh maling itu. Bahkan, ia menempelkan kertas di samping kertas yang ditempelkan sang kiai.
Kertas yang ditempelkan maling itu bertuliskan, “Biarpun Tuhan tahu bahwa saya adalah pencuri mangga pak kiai, tapi Tuhan tidak akan memberitahukannya kepada siapapun.”
Hehehe.[]