Foto: ayosemarang.com
Indonesia dihebohkan dengan kabar dua warganya yang positif terjangkit virus Corona. Ya, virus yang hingga saat ini masih menjadi perhatian dunia karena penyebarannya yang begitu cepat. Dan, telah menelan ribuan korban.
Media-media menstrim berlomba mengangkat isu yang heboh itu. Media sosial ramai dengan ‘fatwa-fatwa’ Netizen soal komentar atas ditetapkannya dua warga Indonesia yang terjangkit virus itu. Ada komentar yang positif, negatif, pesimis, optimis, bahkan yang apatis.
Namun ada hal yang menarik dari wajah media sosial per awal Maret pasca berita virus Corona itu masuk ke Indonesia, yaitu minimnya komentar saling caci maki antar Netizen soal politik dan keagamaan, yang kerap menimbulkan perpecahan antar bangsa. Netizen fokus pada isu virus Corona yang sudah positif menjangkit masyarakat Indonesia.
Komentar-komentar Netizen beralih pada anjuran memakai obat-obatan tradisional yang dapat menghindari penularan virus itu. Begitu juga saling tegur sapa mengingatkan cara pencegahan sederhan dari penularan virus tersebut. Serasa caci maki soal politik itu menghilang. Semua berganti kepada saling mengingatkan untuk kesehatan. Kesehatan nasional.
Berebut kebenaran persepsi pemahaman agama di media sosial, yang sejak lama menjejali milenial, serasa telah menjadi debu. Tetiba semua peduli dengan kesehatan semua anak bangsa. Saling memberi saran dan pengingatan agar jangan sampai virus Corona itu menyebar di mana-mana sebagaimana (mungkin) telah menyebarnya ujaran kebencian di sekujur tubuh bangsa.
Seluruh elemen bangsa serasa ingin bersatu pasca Presiden mengumumkan kebenaran adanya virus itu. Menghilangkan ego masing-masing. Melepas peluh ujar kebencian dan penghinaan antar sesama saudara sebangsa. Beralih pada lebih mengutamakan kesehatan, cuci tangan, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, dan menolak penyakit itu jauh-jauh.
Cukuplah virus Corona yang saat ini menular bagian kecil masyarakat Indonesia mengingatkan kita semua. Ya, mengingatkan bahwa semua elemen bangsa sudah seharusnya bersatu padu membangun masa depan gemilang. Menatap cita-cita luhur menjadi bangsa yang beradab dan menolak perilaku rasis yang dapat merugikan sesama generasi bangsa.
Tentu, kita tak ingin virus itu menular pada masyarakat lainnya. Cukuplah dua warga Indonesia yang kini kabarnya semakin membaik dan semoga cepat kembali sembuh seperti sedia kala. Cukup pula wabah virus Corona menjadi warning bagi semua elemen bangsa untuk berbenah diri menjadi bangsa yang ramah, santun, saling mengingatkan dalam kebaikan, dan bersatu untuk kemajuan.
Cukuplah. Cukup kalau virus Corona itu menjadi tamparan bagi kita semua yang selama ini sering memenangkan egoisme keagamaan daripada kerukunan. Cukup menjadi warning bagi kita semua yang kadang lebih mementingkan urusan politik praktis dan menindas kemanusiaan. Cukuplah virus itu merubah mindseat kita semua sebagai warga Indonesia bahwa sudah seharusnya kita bersatu.
Penulis: Eep Ivanosky (Pegiat Literasi Media Sosial).