Di samping punya publikasi paper yang kualitas Q1 atau Q2, sebenarnya saya juga punya cukup banyak paper yang kurang bagus dan bahkan tidak berkualitas. Belakangan ini ternyata paper-paper tersebut pada bermanfaat. Setidaknya ada 2 manfaat besar.
Manfaat besar pertama adalah memberi contoh murid saya agar tidak malu mengungkapkan ide kecil dan tidak malu menuliskannya, meskipun dengan metodologi dan penulisan yang masih belepotan.
Sebab ternyata banyak orang yang tidak segera bergerak, hanya gara-gara menunggu punya ide yang heboh dulu. Padahal untuk belajar berkontribusi hingga belajar menulis hasil penelitian, tiap orang butuh beberapa kali melakukan kesalahan.
Sesungguhnya tiap orang punya jatah jumlah kesalahan dalam hidupnya. Hanya saja ada yang segera menghabiskan jatah itu secepat-cepatnya, sehingga dia lekas selesai dengan dirinya sendiri. Tapi ada juga yang tidak rela jatah kesalahannya segera habis, sangat irit mengeluarkan tenaga dan pikiran untuk mencoba dan berusaha.
Manfaat besar kedua adalah paper-paper itu sekarang saya jadikan sasaran contoh. Membedakan mana yang bagus dan mana yang tidak bagus itu butuh contoh. Masalahnya saya seringkali risih ketika mengambil contoh tidak bagus dari orang lain. Belum lagi kalau orangnya tahu, apa tidak tersinggung.
Jadi yang paling aman dan nyaman adalah mengobrak-abrik kerjaan saya sendiri. Maka kesalahan demi kesalahan masa lalu itu jadi mudah ditemukan dan dijadikan pelajaran. Karena itulah dinasihatkan bahwa mencari-cari kesalahan diri sendiri itu adalah termasuk ibadah yang menguntungkan.
“Thuba liman syaghalahu aibuhu an uyubin naas.
Beruntunglah orang yang sibuk mencari kesalahan dirinya sendiri, hingga tidak sempat mencari-cari kesalahan orang lain”.
Sumber: Facebook Agus Zainal Arifin (Anggota LDNU).