Kata “cinta” tidak asing bagi khalayak milenial. Bahkan, cinta sudah fasih di telinga mereka dan mempunyai simbol tersendiri sesuai dengan masanya. Sebut saja istilah “Bucin: Buta Cinta” sebagai salah satunya. Cinta menjadi perbincangan paling menggiurkan bagi setiap manusia.
Dalam istilah agama Islam, cinta dibahasakan dengan kata “Al-Hubb”, dimana menurut M. Quraish Shihab maknanya adalah anugerah Allah Swt yang dikaruniakan kepada setiap makhluk melalui insting dan akal, yang tertanam dalam diri setiap muslim.
Cinta dikaruniakan kepada mereka sebagai bekal menjalani kehidupan yang mampu memberikan inovasi dan motivasi untuk berkembang menuju kondisi yang lebih baik dan lebih terarah. Dengan orientasi cinta yang berdasarkan pada obyek dan prioritasnya, menjadikan seluruh aspek cinta memiliki orbit yang berpusat cinta kepada Allah Swt.
Menurut Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi, dalam Kitabnya “Cinta Menyelami Bahasa Kasih Sang Pencipta”, kata “cinta” yang dalam bahasa Arab disebut “Al-Hubb”, dikelompokkan menjadi tiga karakteristik, yaitu apresiatif, penuh perhatian, dan cinta. Ketiganya tersebut terkumpul menjadi satu pada ungkapan “mahabbah”. Sementara itu orangnya disebut habib, habibah atau mahbub.
Definisi cinta secara umum, yakni cinta manusia terhadap manusia lain, adalah ketergantungan hati kepada sesuatu, sehingga menyebabkan kenyamanan di hati saat berada di dekatnya atau perasaan gelisah saat jauh darinya. Sedangkan cinta Allah kepada hamba-Nya adalah bentuk ridho dan ampunan-Nya atau penghormatan yang Allah berikan kepada semua jenis makhluk-Nya.
Al-Raghib Al-Ashfahani dalam kitabnya, Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran, berpandangan bahwa kata “hubb” memiliki tiga ragam makna. Pertama, bermakna iradah (sebuah keinginan), sebagaimana firman-Nya dalam Q.S At-Taubah [9]:108:
….وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
“Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”
Kata “hubb” pada akhir ayat tersebut mempunyai makna yang lebih baligh (sampai) dari pada kata iradah. Cinta bukan hanya sekedar keinginan, namun cinta lebih dari sekedar ingin. Bisa dikatakan benar bahwa setiap cinta adalah keinginan, namun tidak setiap keinginan itu termasuk cinta.
Kedua, “hubb” bermakna rasa suka yang melalaikan, sebagaimana firman-Nya pada Q.S Shaad [38]: 32:
فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي…
“Maka ia berkata: Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku (Nabi Sulaiman As) lalai mengingat Tuhan ku“.
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Sulaiman sangat suka menyaksikan barang-barang atau peliharaan ternak yang bagus, tenang, dan tangkas. Sampai-sampai, karena kesukaan beliau itu, membuatnya melalaikan Allah Swt.
Dan ketiga, “hubb” bermakna menyukai orang yang taat, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Ali Imran [3]:159:
….إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Pada akhir ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menyukai orang yang taat. Taat dalam arti orang yang bertawakal kepada Allah Swt, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya.
Dapat dipahami, dalam Islam cinta adalah anugerah yang Allah berikan kepada hamba-Nya melalui akal dan insting. Dengan cinta seorang hamba akan melakukan apapun di dunia hanya dan karena cinta kepada-Nya. Cinta yang hakiki melebur dalam jiwa manusia. Membuat kehidupannya tidak ada yang lain kecuali cinta.
Cinta juga bukan sekadar keinginan, namun rasa hati yang mendalam untuk memiliki sesuatu. Derajat cinta paling tinggi adalah ketika seorang hamba dicintai oleh Sang Maha Cinta, Allah Swt. Menemukan cinta yang mendalam kepad Allah Swt dengan memaksimalkan penghambaan kepada-Nya, menjauhi sekecil mungkin apapun larangan-Nya.
Buta cinta dalam Islam berarti mencintai Sang Maha Pecinta dengan tanpa tapi. Buta mencintai-Nya tanpa pertimbangan apapun. Seluruh tindak tanduknya hanya dicurahkan kepada Rabbnya. Semua nafas kehidupannya hanyalah cinta, cinta kepada Sang Pemberi cinta.
Penulis: Andi Muhammad Nawawi (Akademikus Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia).