spot_img

Berkunjung ke Borobudur Tidak Haram, ini Beberapa Alasannya Menurut Islam

Masyarakat resah dengan adanya video Sofyan Chalid yang tersebar di media sosial dengan menganggap bahwa berwisata ke Borobudur merupakan perbuatan yang haram. Ini karena Borobudur menjadi tempat ibadah umat agama selain Islam (Buddha). Berkunjung ke tempat tersebut, menurut Sofyan, sama saja dengan membiarkan kemungkaran. Mencatut QS. An-Nisa ayat 140, ia mengklaim, Borobudur menjadi tempat dimana ayat-ayat Allah diingkari, sebab ada dewa-dewi yang menjadi sesembahan agama selain Islam. Sofyan dengan gegabah, menyatakan sebagai perbuatan mungkar.

Pada dasarnya, berwisata itu hukumnya mubah (boleh) selama tidak bertentangan dengan ketentuan agama. Dalam konteks berwisata ke Borobudur, selama tujuannya tidak untuk meyakini bahwa sesembahan selain Allah dibenarkan dalam agama, maka tidak mengapa. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pahala setiap perbuatan itu tergantung dari bagaimana niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bila ke Borobudur sekadar untuk mencari kesenangan jiwa, memanjakan mata, dan menysukuri karunia Allah yang telah menciptakan alam raya, wisata ke mana saja, termasuk ke Borobudur, hukumnya mubah, bahkan bisa dapat pahala bila niatnya mentadabburi alam semesta ciptaan Allah.

Berwisata ke mana pun tujuannya, bila tujuannya dan apa yang dilakukan selama di perjalanan tidak berlawanan dengan ketentuan syariat, Islam tidak sedikitpun melarang. Ini pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, ketika beliau melakukan isra mi’raj, berwisata ke Masjid Al-Aqsa Palestina. Para ulama menyebut, Nabi menghibur diri saat berwisata ke masjid di negeri dimana banyak ditemukan ulama-ulama masyhur di sana. Pada awal berdakwah, Nabi Muhammad juga berkunjung ke Makkah, melihat Ka’bah, yang dipenuhi patung-patung yang sebelumnya disembah oleh Kafir Quraisy. Baik ke Al-Aqsa atau ke Ka’bah, nabi sama-sama memiliki tujuan untuk menghibur diri.

Lalu pertanyaannya apakah Nabi Muhammad mengolok-olok orang Kafir yang meletakkan patung dan sesembahan di dekat bangunan Ka’bah? Sama sekali tidak. Beliau tak pernah sekalipun merusak dan atau mengolok apa yang mereka perbuat dengan patung-patung itu. Beliau sadar kalau itu perbuatan yang bertentangan dengan syari’at. Hanya, perlu momentum yang pas untuk berdakwah kepada kafir Quraisy. Apa yang dilakukan Nabi ketika berkunjung ke Ka’bah ialah menampilkan akhlak Islam, tidak sombong, dan tidak mengolok-olok sesembahan agama lain. Nabi berdakwah di sana dengan sikap (dakwah bil hal), bukan melakukan tindakan kekerasan verbal maupun fisik.

Berwisata ke mana pun tempatnya, dengan niat mentadabburi alam juga merupakan perintah Al-Qur’an. Pada QS. Ali Imran ayat 190-190, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” Ayat ini memberi isyarat yang kuat, agar kita tak hanya mentadabburi teks Al-Qur’an, tetapi juga ayat kontekstual (alam raya ciptaan Allah).

Imam Al-Qurthubi, mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas, menyebut, bahwa di suatu malam, Rasulullah bersujud. Dalam sujudnya itu beliau menangis meneteskan air mata. Istri beliau bertanya, “mengapa engkau menangis? Engkau adalah sebaik-baik makhluk Allah.” Kemudian Rasulullah menjawab, “Sungguh aku merasa takjub dengan tadabbur ayat-ayat Allah. Baik ayat yang diwahyukan, maupun ayat-ayat berupa alam semesta.” Kemudian Rasulullah meneruskan, “Alangkah rugi mereka yang tidak mentadabburi alam. Mereka tidak merasakan kenikmatan ciptaan Allah Sang Pencipta alam raya ini.”

Riwayat di atas mempertegas, bahwa berkunjung ke suatu tempat-termasuk ke Borobudur-selama tujuannya bukan untuk melakukan kemaksiatan, maka hukumnya mubah. Lebih dari itu, jika tujuannya untuk mentadabburi ciptaan Allah berupa alam semesta yang indah, hukumnya adalah sunah. Nabi Muhammad melakukan itu sejak 14 abad yang lalu. Mentadabburi ayat Allah tak sekadar melalui teks, tetapi juga melihat konteks di luar. Dengan bertadabbur alam, kita menjadi diri yang rendah hati, harmoni dengan alam semesta, dan lebih bisa menghargai ciptaan Allah yang lain. Tuduhan wisata ke Borobudur haram adalah tindakan yang mengada-ada, pemikiran radikal, dan tidak berdasar. Harus ditolak oleh semua orang.[]

Artikel dimuat di: sangkhalifah.co

 

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles