Saat Nabi Muhammad melakukan mi’raj dan bertemu dengan Allah di Sidratul Muntaha, beliau diperintah oleh-Nya agar dirinya dan umatnya melakukan salat selama 50 kali dalam setiap harinya. Nabi pun awalnya nurut dan turun ke langit keenam bertemu dengan Nabi Musa AS. Ia memberi masukan kepada Nabi Muhammad, bahwa sepertinya umat beliau tidak akan mampu menjalankan 50 kali salat dalam sehari. Hingga akhirnya Nabi naik lagi dan meminta keringanan, agar salatnya cukup sebanyak 5 kali saja.
Salat merupakan hadiah yang istimewa. Mengapa, karena perintah ini tidak hanya melalui ayat namun Nabi juga dipanggil langsung oleh-Nya. Berbeda dengan perintah zakat, Allah hanya menurunkan ayat saja (Al Baqarah 43), atau perintah salat (Al Baqarah 183), Allah hanya menurunkan ayat Al-Qur’an. Namun tidak demikian dengan salat, selain diturunkan ayatnya (Al Baqarah 43), Nabi Muhammad SAW dipanggil oleh Allah. Ini sama halnya dalam kehidupan sehari-hari, jika Anda ingin berbicara hal-hal penting, biasanya akan bertemu secara langsung dengan orang itu. Tidak hanya melalui WhatsApp atau telepon biasa.
Manfaat Salat
Lalu kita bertanya, apa sih manfaat salat bagi manusia setelah diperintah Allah melalui ayat Al-Qur’an dan pemanggilan Nabi dalam peristiwa mirajnya? Apakah jika perintah Allah itu tidakdilakukan lantas Allah pensiun sebagai Yang Disembah? Tidak. Salat bermanfaat untuk diri manusia. Begini penjelasannya.
1. Salat Membentuk Sifat Rendah Hati
Tidak sekadar untuk meningkatkan kualitas spiritual, salat dapat membentuk pribadi yang rendah hati. Bagaimana tidak, kepala yang biasa berada di atas saat salat harus diposisikan di bawah, bahkan lebih rendah dibanding pantat. Ini agar manusia merendah, di depan Allah, tidak ada apa-apanya. Kita pun jika dipukul sama teman jika yang dipukul tangan masih bisa memaafkan, tapi tidak jika yang dipukul adalah kepala. Saat salat, kepala berada di posisi paling rendah, bukti manusia harus membiasakan rendah hati.
2. Membentuk pribadi yang ikhlas
Saat salat kita sebenarnya sedang dilatih ikhlas. Bagaimana tidak, ketika memulai takbir, kita akan mengucapkan “wajjahtu wajhiya lilladzi fatarasaamawati wal ardhi”, saya hadapkan diri saya hanya kepada Allah, Pencipta langit dan bumi. Tidak ada yang lain yang diharapkan, kecuali Allah.
Orang ikhlas sama dengan saat buang air. Kita akan mengeluarkan sesuatu dengan tanpa memperhitungkan sesuatu itu. Pernahkah saat buang air kita selidiki seperti apa bentuknya? Ada rasa sayang membuangnya? Tidak. Kita ikhlas membuangnya.
3. Membentuk jiwa yang tenang
Setiap manusia memiliki emosi dan ambisi. Ada tetangga beli mobil, panas. Ada teman beli motor baru, sewot. Ada teman beli iPhone terbaru, langsung dongkol. Tidak demikian dengan mereka yang rajin salat. Saat sedang panas bersiap salat, kemudian berwudhu maka derajat panasnya akan turun. Jika memulai takbir, maka akan turun. Orang punya apapun, sebesar apapun, maka saat salat, akan berkata “Allahu Akbar”, tidak ada yang besar kecuali Allah.
Suami dan istri akan tenang hidupnya manakala ia salat. Meski berantem, maka saat salat akan berhenti dahulu untuk bersama. Ia akan menghentikan dahulu pepepangannya. Salat, waktunya juga disesuaikan dengan kegiatan manusia. Subuh, tidak jam 7-12 karena kerja. Zuhur dan Ashar salat, agar manusia istirahat setelah bekerja agar tidak stress. Maghrib, suruh salat karena banyak kejahatan di awal malam. Dan Isya, sebelum istirahat memohon ketenangan dahulu kepada Allah SWT.
Wallahu A’lam.[]