TECHNOLOGY NETWORKS
Mengulas sedikit mengenai pengetahuan, saya teringat pada pandangan Imam Khomeini; bahwa pengetahuan & metodologinya itu adalah satu kesatuan yang membentuk sistem nilai hierarkis.
Artinya ada urutan, tingkatan maupun tahapan. Yakni dimulai dari falsafah ma’rifah (filsafat pengetahun), falsafah a’la (filsafat luhur), lalu sair wa suluk (menempuh jalan spiritual).
Makrifat yang ditempuh pada jalan filsafat ma’rifah, jika dibandingkan dengan tahapan-tahapan di atasnya, menjadi tahapan yang nilainya lebih rendah. Meskipun masing-masing darinya memiliki nilai tersendiri.
Makrifat yang ditempuh pada jalan filsafat ma’rifah adalah tahapan awal yang memiliki nilai keuniversalan yang lebih mudah dicerna oleh akal manusia.
Karena dalam sistem ini, semakin tinggi atau dekatnya pengetahuan ke puncak, maka nilai keuniversalannya semakin berkurang. Artinya, pengetahuan akan semakin sulit dicerna oleh manusia pada umumnya.
Terutama pada tahap sair wa suluk dan pengetahuan intuitif, jalan ini tidak dapat lagi diketahui sifatnya dan tidak bisa dicerna yang lain. Masyarakat pada umumnya akan sampai ke pemahaman filsafat pengetahuan saja.
Lalu makrifah yang ditempuh pada jalan filsafat luhur, berada posisi dimana pengetahuan yang diperoleh dapat ditemukan argumen-argumen yang kuat. Meskipun hanya beberapa saja.
Terakhir pada sair wa suluk, dimana mereka yang menempuh pada jalan ini (misalnya para wali) tidak bisa menjelaskan semua pengetahuan yang disaksikannya itu kepada masyarakat umum.
Pada kesimpulannya, semua pengetahuan itu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Dalam Alqur’an pun didapati bahwa kandungannya memiliki makna yang lahir maupun batin.
Dalam membuktikan keberadaan Tuhan, Al-quran pun menjelaskannya lewat keberadaan unta. Hal ini dikarenakan agar lebih mudah dicerna oleh pemahaman masyarakat awam.
Penulis: Tim Redaksi.
