Sebentar lagi umat Islam akan memasuki awal dari gerbang cahaya kemuliaan bulan suci Ramadhan. Namun, pada Ramadhan tahun ini umat Islam harus melaksanakan rangkaian ibadah di tengah-tengah situasi wabah virus Corona yang semakin merajalela dengan grafik penularan yang terus meningkat. Sudah dapat dipastikan Ramadhan tahun ini akan berbeda dengan Ramdhan-ramadhan sebelumnya.
Dalam situasi Ramadhan seperti ini, tentunya umat Islam dituntut untuk tidak hanya berjuang menahan hawa nafsu dari makan dan minum saja, namun lebih dari itu umat Islam harus berusaha berjihad melawan hawa nafsunya untuk saling membantu dan berbagi terhadap masyarakat yang terdampak akibat penyebaran virus Corona. Pasalnya, akibat dari penyebaran virus Corona ini banyak sekali masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan kondisi yang demikian itu dibutuhkan mental-mental pejuang untuk berjihad melawan hawa nafsunya untuk mengorbankan sebagian harta dan tenaganya demi menolong saudara-saudaranya yang membutuhkan.
Allah Subhanallahu Ta’ala berfirman:
Dan taukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar.
Dalam Tafsir Al-Maraghi Juz 10 juga dijelaskan bahwa yang arti al-‘aqobah pada ayat di atas adalah:
Jalan yang berada di gunung yang kokoh yang sulit untuk sampai padanya.
Artinya, Allah memberikan gambaran kepada hamba-Nya mengenai jalan-jalan kebaikan yang sulit untuk ditempuh karena sangat berlawanan dengan hawa nafsu manusia. Dan, di antara jalan yang sulit untuk di tempuh yaitu:
Memerdekakan hamba sahaya.
Menurut Imam Abu Hanifah bahwa memerdekakan hamba sahaya adalah shadaqah yang paling utama. Karena ia harus rela kehilangan hartanya demi kebahagian orang lain. Memerdekakannya membutuhkan jiwa yang kuat untuk berjalan di garis depan dalam melawan nafsu setan.
Lanjutan dari ayat di atas yaitu:
Atau memberi makanan pada hari terjadi kelaparan, Kepada anak yatim yang ada hubungan dekat (kerabat). Atau orang miskin yang sangat Fakir.
Berbagi sebagian harta kepada orang yang kelaparan, anak-anak yatim dan orang yang sangat miskin termasuk dari jalan yang sulit untuk ditempuh oleh setiap umat Islam, karena ia harus berusaha melawan hawa nafsu berupa sifat tamak dan cinta dunia yang ada di dalam dirinya demi berbagi kasih kepada orang lain.
Imam Fakr Al-Razi, dalam kitab tafsirnya, juz 16 menafsirkan:
Ketahuilah sesungguhnya mengeluarkan harta pada saat panceklik (kekeringan) dan keadaan dharurat lebih berat menurut nafsu dan lebih berhak untuk mendapatkan pahala, karena Allah berfirman dengan ayat Al-Qur’an yang artinya “berikanlah harta yang dicintainya” dan firman Allah yang lain “mereka yang memberikan makanan yang di sukainya kepada orang miskin”.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, sudah saatnya masyarakat Indonesia untuk saling bantu-membantu meringankan kesulitan yang dialami saudara-saudara kita baik dengan harta maupun tenaganya. Dan juga harus sabar atas cobaan dan ujian yang Allah berikan.
Disadari atau tidak, Ramadhan tahun ini akan membuka peluang pintu jihad yang seluas-luasnya bagi mereka yang menginginkan. Jihad bagi mereka yang siap menyisihkan rizkinya yang merupakan titipan Allah Swt untuk hamba-hamba Allah yang sedang membutuhkannya.
Penulis: Imam Subarul A (Mahasiswa Pascasarjana PTIQ Jakarta).