Satu abad adalah umur yang tidak lagi muda. Demikian dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia, Nahdlatul Ulama (NU). Kian telah menginjak umur ke 100. Umurnya sudah matang.
NU telah banyak banyak sumbangsih kepada negara, terutama dalam membentuk kepribadian masyarakat yang toleran, saling menghargai, dan memiliki visi berislam sekaligus berbangsa. Bagi NU, menjaga agama dan negara adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Namun, di luar dari itu, NU dengan jemaahnya yang banyak, masih ada bahkan tidak sedikit yang ekonominya di bawah standar. Masih banyak kemiskinan yang dialami warga Nahdliyyin.
Pendidikan juga masih jauh dari apa yang diharapkan. Lembaga pendidikan di bawah naungan NU belum bisa menjadi leading sektor pendidikan di Indonesia, sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan di Muhammadiyah.
Selain kemiskinan, pendidikan, keterbelakangan, sektor kesehatan juga masih belum dijamah oleh NU. Tidak seperti Muhammadiyah, NU masih sedikit memiliki rumah sakit, klinik, maupun layanan kesehatan yang memadai untuk warganya.
Menuju Abad kedua, NU harus sadar betul. Sebagai organisasi besar, sudah seharusnya hijrah dan fokus pada tiga hal yang amat urgen bagi warganya tersebut. NU tidak hanya menjadi organisasi keagamaan yang fokus pada pembinaan faham keagamaan masyarakat, tetapi juga menjadi tumpuan warganya dalam memulihkan kesejahteraannya.[]