Rasulullah saw merupakan sosok teladan dalam banyak hal. Setiap napas kehidupannya tidak pernah absen dari nilai-nilai moral luhur yang menjadi pelajaran penting bagi umatnya. Salah satu pelajaran yang beliau ajarkan adalah bekerja keras dalam mencari nafkah, bukan jadi kaum rebahan.
Dalam sabdanya, beliau menyampaikan bahwa usaha terbaik adalah yang dihasilkan dari jeri payah sendiri, bukan menunggu uluran tangan orang lain. Rasulullah pernah menyampaikan,
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
Artinya, “Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud as memakan makanan dari hasil usahanya sendiri.” (HR al-Bukhari)
Beliau tidak hanya mengajarkan melalui lisannya, tetapi juga mempraktikannya sendiri. Diketahui, beliau pernah berprofesi sebagai pedagang. Saat usia 25 tahun, beliau pergi ke Syam (Suriah) membawa dagangan milik Khadijah. Dengan bekal keterampilan niaga yang mumpuni dan kejujuran, dagangan yang dijajakannya habis terjual dan meraup keuntungan yang memuaskan.
Terkait bisnis jualan, Rasulullah sendiri bahkan mengapresiasinya sebagai usaha yang penuh berkah. Diriwayatkan,
عن نعيم بن عبد الرحمن الأزدي قال: بلغني أن رسول الله قال: تسعةُ أعشارِ الرزقِ في التجارةِ قال نعيمٌ : العشرُ الباقي في السائمةِ ، يعني : الغنمَ
Artinya, “Dari Nu’aim bin ‘Abdir Rahman al-Azdi, dia berkata: Telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sembilan persepuluh (90 %) rezki ada pada (usaha) perdagangan”. Nu’aim berkata: “Usaha sepersepuluh (10 %) sisanya ada pada (ternak) kambing.” (HR Abu Dawud)
Selain sebagai pedagang, Rasulullah juga pernah berprofesi sebagai penggembala kambing milik orang-orang Arab. Hal ini digelutinya sejak di bawah asuhan pamannya, Abu Thalib. Menyadari kondisi perekonomian sang paman sedang tidak membaik, Rasul kecil memberanikan diri untuk menggembala, kendati mulanya Abu Thalib keberatan.
Kelak, ketika sudah diutus menjadi Nabi dan pemimpin umat, beliau tidak gengsi menyampaikan masa lalunya sebagai penggembala kambing. Ini menunjukkan apapun profesi seseorang, selama itu halal, maka lebih baik daripada hanya berpangku tangan menjadi pengangguran. Kaitannya dengan hal ini, Nabi bersabda,
مَا بَعَثَ اللهُ نَبِيّاً إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ، فَقَالَ أَصْحَابُهُ: وَأَنْتَ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ
Artinya, “Semua nabi yang diutus Allah swt pernah menggembala kambing.” Para sahabat bertanya, ”Dan engkau sendiri?” Beliau menjawab, ”Ya, aku juga dulu menggembalakan (kambing-kambing) milik penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.” (HR al-Bukhari).
Demikianlah teladan etos kerja yang Nabi ajarkan. Semoga kita sebagai umatnya bisa menjadikannya contoh dan bekal dalam menjalani kehidupan. Selamat menjadi pribadi yang giat bekerja dan anti rebahan. Wallahu a’lam.