spot_img

Puasa Ramadahan: Latihan Gak Berharap Lebih

Nuansanet.id Hari ini kita memasuki hari ketiga puasa Ramadan tahun ini. Ibadah yang umat muslim lakukan sekali dalam setahun. Jika kita hari ini berada di usia 30 tahun dan baligh di usia 15 tahun, maka puasa tahun ini adalah puasa ke 15 dalam perjalanan hidup. Dan jika nabi bersabda bahwa Ramadan adalah bulan latihan, maka hari ini kita menginjak latihan yang ke 15. Dan jika setiap latihan kita mendapat nilai atau pelajaran, hari ini kita akan mendapat pelajaran ke 15.

Ibadah puasa adalah ibadah yang memiliki nilai keintiman tinggi di hadapan Tuhan, bagaimana tidak, tak ada seorang pun yang benar-benar tahu apakah kita masih bertahan untuk puasa atau sudah berisyarat telah membatalkannya. Jika dalam salat kita melakukan serangkaian gerakan yang banyak orang tahu bahwa itu adalah salat, atau zakat yang melibatkan pihak lain sebagai penerima zakat atau lembaga penyalur zakat. Atau bahkan ibadah haji yang harus dilakukan di Mekah. Kemuliaan ini tercermin dalam hadits bukhari 1761 dan muslim 1946:

عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

semua amal anak adam adalah untuknya, kecuali puasa. Karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya

Pada sisi yang lain, ibadah puasa adalah ibadah yang diperintahkan oleh Allah dari zaman ke zaman, bukan hanya pada umat muslim pengikut Nabi Muhammad.

Dari sini kita bisa melihat dua pilar yang menarik bahwa pertama, puasa itu memiliki keutamaan yang luar biasa yang Tuhan sendiri yang akan membalasnya. Dan kedua, Tuhan meminta atau menyuruh untuk berpuasa kepada semua manusia lintas waktu. Ini berarti bahwa pesan dan pelajaran bagi orang yang berpuasa bersifat universal terlepas apa pun agamanya.

Kalau kita tinjau lebih dalam, dari semua aspeknya, ciri khas utama dari berpuasa adalah menahan diri untuk tidak makan dan minum dari waktu tertentu sampai waktu yang ditentukan. Tidak memandang seberapa banyak seseorang memiliki makanan, tidak memandang selezat apa makanan yang ada di depan mata, tidak memandang seberapa kuasanya seseorang untuk menghadirkan koki termahal untuk menghidangkan makanan. Jika memang waktunya belum tiba, maka seorang hamba tidak berhak untuk menikmatinya.

Puasa mengajarkan seorang hamba untuk mampu membedakan antara realitas yang sudah hadir di detik ini dan ekspektasi yang akan hadir di waktu yang akan datang. Boleh jadi seseorang berencana untuk makan es buah di waktu berbuka puasa, tapi ia tidak berhak untuk mencicipi buahnya ketika waktu itu belum tiba. Karena boleh jadi, memang sesuatu itu adalah milik kita di waktu yang akan datang, tapi puasa mengajarkan kita untuk dengan penuh kesadaran mengakui bahwa sesuatu itu belum menjadi milik kita dan tidak melakukan sesuatu seolah-olah sesuatu itu sudah menjadi milik kita.

Hari ini kita tidak jarang menemukan fenomena orang bunuh diri sebab terlilit hutang karena membeli barang konsumtif dengan uang yang masih dalam rencana, banyak pasangan lawan jenis yang frustasi setelah berpisah karena telah melakukan hal yang seharusnya dilakukan di masa depan ketika momentumnya tiba. Dan masih banyak lagi penyesalan dan kekacauan yang lahir dari over-ekspektasi ini.

Oleh karena itu, semoga puasa kali ini mampu melatih kesadaran kita untuk mengetahui kondisi diri, mengetahui momentum kapan seharusnya kita melakukan sesuatu, melatih kita untuk gak berharap lebih dan melatih keyakinan bahwa kebahagiaan akan tiba di waktu yang tepat.

Kontributor: Alwi Nugraha, S.Ag.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles