Tinggal menghitung hari, bulan suci Ramadhan akan segera tiba. Bulan dengan penuh ampunan. Bulan dilipatgandakannya pahala amal perbuatan. Dan, bulan di mana orang-orang beriman berlomba memperbanyak amal kebaikan.
Ngomong-ngomong soal Ramadhan, sejauh mana kita telah mempersiapakn diri untuk menyambutnya dengan kemantapan jiwa? Yuk, kita simak bagaimana mempersiapkan diri menyambut bulan mulia ini ala Rasulullah.
Pertama, Memperbanyak Puasa di Bulan Sya’ban
Sebagaimana meskinya, bulan Ramadhan semua umat muslim akan berpuasa selama satu bulan penuh. Tentu ketahanan fisik dibutuhkan pada saat itu. Wajar saja jika satu minggu pertama tidak sedikit yang merasa lebih terasa lemas karena belum terbiasa berpuasa.
Oleh karena itu Rasulullah Saw. menganjurkan memperbanyak berpuasa pada bulan Sya’ban, bulan sebelum Ramadhan. Di anataranya agar saat memasuki Ramadahan kita lebih kuat karena sudah terbiasa berpuasa di bulan sebelumnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban. (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156).
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan:
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156).
Baca Juga: Hukum Puasa pada Separuh Kedua Bulan Sya’ban
Akan tetapi, berpuasa di separuh kedua bulan Sya’ban hanya boleh bagi yang memang sudah nemiliki kebiasaan berpuasa sebelum masuk separuh kedua. Misal sudah terbiasa puasa Senin Kamis, maka baru boleh dilanjut di separuh kedua bulan Syaban. Atau puasa qodlo dan nazar, juga boleh dilakukan pada separuh kedua bulan Sya’ban ini.
Kedua, Mulailah Perbanyak Membaca Al-Qur’an
Anas bin Malik (seorang sahabat nabi) berkata:
Sesungguhnya orang Muslim itu, apabila sudahmasuk bulan Sya’ban, mereka akan membuka mushaf Al-Qur’an. Mereka lalu membacanya (sebagai persediaan untuk Ramadan).
Para ulama dahulu (salafus salih) ketika sudah memasuki bulan Sya’ban mereka akan mendedikasikan dirinya untuk membaca Al-Qur’an. Agar, ketika sudah masuk bulan Ramadhan, mereka sudah terbiasa melakukan hal itu.
Sayyid Husain al-Afani dalam Nida ar-Rayyan fi Fiqhis Shiyam wa Fadli Romadhon (I/480) menjelaskan:
Salamah bin Kahil berkata, “Sya’ban dikatakan sebagai Syahrul Qurro (bulan para pembaca al-Quran).
Selain itu, Habib bin Abi Tsabit ketika memasuki bulan Sya’ban berkata: ini adalah Syahrul Qurro, bulan bagi para pembaca (Al-Qur’an). Amr bin Qais al-Mala’i rahimahullah juga ketika memasuki bulan Sya’ban akan menutup tokonya dan mendedikasikan dirinya untuk membaca Al-Qur’an.
Ketiga, Memperbanyak Doa
Saat sudah memasuki bulan Rajab dan Sya’ban kita dianjurkan untuk memperbanyak doa berikut:
Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.
Bahakan para ulama berdoa untuk bisa bejumpa dengan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya.
Mualla bin al-Fadhl berkata: Mereka (salafus salih) selama enam bulan berdoa kepada Allah supaya disampaikan ke bulan Ramadhan, dan berdoa enam bulan selanjutnya agar amalan mereka pada bulan Ramadhan diterima. Nida ar-Rayyan fi Fiqhis Shiyam wa Fadli Romadhon, juz 1, Hlm. 164.
Baca Juga: Menyambut Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19
Keempat, Membaca dan Keutamaan-Keutamaan Bulan Ramadhan
Dengan membaca dan memahami keutamaan-keutamaan di bulan Ramadhan, tentu akan membuat kita lebih siap dan bersemangat menghadapi bulan suci dengan penuh ceria dan semangat beribadah yang lebih.
Rasullah Saw. ketika sudah memasuki akhir bulan Sya’ban akan mengingatkan para sahabat tentang keutamaan-keutamaan luar biasa di bulan ini. Sehingga para sahabatpun semakin bersemangat meyambut dan beribadah di bulan Ramadhan.
Dalam satu hadis dijelaskan:
Diriwayatkan dari Salma Al-Farisi. Berkata: Saat memasuki akhir bulan Sya’ban Rasulullah Saw bekhutbah, Rasulullah bersabda: ‘Wahai manusia! Telah datang pada kalian bulan yang agung. Bulan yang diberkahi. Di dalamnya terdapatkan malam yang lebih utama dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa di bulan itu sebagai kewajiban. dan Ia menjadikan ibadah malam harinya sebagai penambah pahala. Barang siapa bertaqarrub di bulan itu dengan satu kebaikan maka (diberi pahala) seakan ia telah menunaikan satu kewajiban. Dan baraang siapa menunaikan ibadah fardlu maka (ia diberi pahala) seakan ia telah mengerjakan tujuh puluh ibadah fardlu diselain bulan itu. Bulan itu adalah bulan kesabaran. Dan kesabaran pahalanya adalah surga. Bulan itu adalah bulan keleluasaan. Yaitu bulan dimana rizki orang-orang beriman ditambah. Barang siapa memberi makanan untuk orang yang berbuka puasa maka baginya (pahala) memerdekakan hamba sahaya dan pengempunan atas dosa-dosanya.
Kami (para sahabat) berkata: wahai Rasulullah. Tidak semua kami ini mampu memberi makanan untuk berbuka puasa.
Rasulullah menjawab: Allah akan memberikan pahala tersebut kepada siapa saja yang memberi buka puasa (sekalipun hanya) satu cicipan susu, satu teguk air minum atau satu butir Kurma. Dan barang siapa memberi makan orang yang berpuasa hingga kenyang maka hal itu menjadi pengampunan atas dosa-dosanya, dan Tuhan akan memberinya minum dari telagaku dengan minuman yang ia tidak akan dahaga setelahnya selamanya. Ia pun mendapatkan pahala puasa seperti orang yang ia beri makanan berbuka tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun. Bulan itu adalah bulan dimana awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka. Barang siapa meringankan budaknya di bulan itu maka Allah akan memerdekakannya dari neraka. Mirqah al-Mafatih, Juz 4, Hlm. 396.
Penulis: Muhamad Abror (Mahasantri Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta).