Foto: hitekno
Covid-19, atau yang lebih akrab dengan Virus Corona, masih menjadi perbincangan utama di dunia sampai detik ini. Bagaimana tidak, update terkini yang dikumpulkan oleh John Hopkins University pada Sabtu (21/3/2020) kasus Covid-19 tingkat dunia mencapai 271.629 kasus, dengan rincian 11.282 kematian dan 87.403 pasien sembuh. Dan, negara Republik Rakyat Cina masih menduduki peringkat tertinggi dari data kasus Corona.
Di Indonesia sendiri, pada 23 Maret 2020, kasus Corona sudah mencapai 579 pasien berstatus positif dengan jumlah kematian 49 orang dan sembuh 30 orang. Kemungkinan jumlah ini akan terus bertambah seiring pemeriksaan berlanjut.
Bahkan Achmad Yurianto, juru bicara Pemerintah untuk penanganan virus Corona memberikan statement bahwa orang yang berpotensi terinfeksi virus Corona di Indonesia berjumlah 600 sampai 700 ribu orang. Jumlah itu dikalkulasi dari interaksi pasien positif Corona selama 14 hari.
Pertanyaannya, bagaimana sikap kita untuk memulihkan keadaan yang mengkhawatirkan ini? Bagaimana sebagai manusia dapat memaksimalkan kemanusiaan kita di tengah-tengah musibah Covid-19 ini? Jawabannya adalah: berakhlak dengan akhlak Tuhan.
Bagaimana kita berakhlak dengan akhlak Tuhan dalam menghadapi situasi seperti ini? Dalam wacana tasawuf atau irfan, puncak perjalanan spiritual adalah berakhlak dengan akhlak Tuhan. Hal ini selaras dengan ungkapan Nabi suci, takhallaqu bi akhlakillah; berakhlaklah dengan akhlak Tuhan. Dengan kata lain, kita harus meniru akhlak Tuhan.
Akhlak Tuhan sendiri tercermin dari asma-asma dan sifat-Nya. Jika Tuhan Maha Pengasih, maka kita harus mengasihi seluruh makhluk-Nya. Jika Tuhan Maha Adil, maka kita harus berlaku adil pada diri maupun orang lain, tidak pandang bulu. Itulah salah satu contoh bagaimana meniru akhlak Tuhan.
Dalam konteks kita hari ini, dengan virus Corona yang sangat sulit untuk dideteksi dan begitu masif penyebarannya, sebagai muslim, sifat Tuhan-lah yang harus kita tiru mulai detik ini juga. Apa itu? Ar-Rahman (welas asih). Welas asih adalah jantung dari semua sifat Tuhan. Bahkan Tuhan menyiksa hamba-Nya di akhirat kelak atas dasar welas asih-Nya.
Ar-Rahman merupakan sifat pertama yang Allah sebutkan dalam pembukaan kitab suci-Nya. Para pakar sepakat bahwa Ar-Rahman adalah adalah bentuk kasih sayang Allah pada seluruh makhluk ciptaan-Nya tanpa terkecuali, entah itu Muslim ataupun non-Muslim, yang selalu taat maupun maksiat.
Merealisasikan sifat welas asih dalam konteks kita hari ini yaitu dengan mendasarkan seluruh perbuatan kita pada sifat welas asih, terhadap sesama makhluk dengan tidak memandang agama, suku, ras maupun bangsa. Saling membantu satu sama lain.
Hal tersebut juga dapat diwujudkan dengan berusaha menyelamatkan setiap orang di sekitar kita agar tidak terinfeksi virus Corona, melakukan sesuatu yang mampu mempersempit ruang gerak penyebaran virus, melakukan sesuatu yang mampu menyembuhkan pasien, dan melakukan sesuatu yang mampu mengembalikan kondisi seperti semula.
Bagi para pemegang kebijakan, hal yang mungkin dilakukan adalah merancang sebuah kebijakan agar mampu meminimalisir penyebaran virus, mempercepat kesembuhan pasien dan bahkan memulihkan keadaan seperti semula. Termasuk, menjamin kebutuhan masyarakat agar tidak banyak melakukan interaksi lebih banyak lagi.
Sedang bagi tim medis, hal yang mungkin dilakukan dalam meniru welas asih Tuhan adalah berusaha sekuat tenaga adalah memulihkan pasien baik secara fisik maupun psikis. Dan bagi mayoritas rakyat biasa, hal yang sangat mungkin dan harus dilakukan adalah mengikuti kebijakan yang telah ditetapkan pengampu kebijakan. Tidak melawan anjuran pemerintah demi kebaikan semua manusia.
Pengampu kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah, yang sudah memberikan aturan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di luar rumah jika memang hal tersebut dianggap tidak mendesak sama sekali. Karena hal tersebut merupakan cara efektif untuk memutus mata rantai penyebaran.
Hal lain yang dianjurkan pemerintah pada warganya adalah selalu menjaga kesehatan dengan selalu mencuci tangan, menjaga jarak sosial (social distancing), menutup mulut jika batuk dan bersin, serta tidak mengadakan kegiatan dalam skala ramai seperti beribadah secara berjamaah, mengadakan peringatan, mengadakan perkuliahan tatap muka, sekolah dan lain sebagainya.
Meniru welas asih Tuhan dalam konteks hari ini dengan melakukan hal kecil yang berdampak besar sebagaimana yang telah disebutkan. Dan mengabaikan sifat welas asih Tuhan berarti melakukan perbuatan yang berseberangan dari yang telah disebutkan. Sekalipun itu bentuknya peribadatan. Karena peribadatan yang memadharatkan pada dasarnya adalah dilarang.
Hal di atas sebagaimana Rasulullah Saw ketika melakukan salat malam sampai kakinya bengkak sebab saking lamanya salat tersebut. Hingga akhirnya, Allah menegur beliau agar tidak menyiksa (memadharatkan) dirinya. Jika pada skala pribadi saja dilarang, apalagi dalam skala jamaah.
Mari melakukan perbuatan yang didasarkan pada sifat welas asih demi pulihnya kondisi bumi ini. Berikan bakti kita kepada bangsa walau dengan hal-hal kecil, yang didasarkan atas sifat kasih sayang pada sesama, untuk menyembuhkan kembali bumi ini. Selamat merealisasikan sifat welas asih Tuhan. Semoga bumi kita lekas pulih kembali. Amin.
Penulis: Beta Firmansyah (Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir STFI Sadra Jakarta).