Hari ini kita sudah masuk pada hari pertama bulan puasa Ramadhan tahun 1441 H. Di tengah musibah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia, yaitu Covid-19, umat Islam harus tetap menjalankan puasa Ramadhan. Pernahkah kita bertanya, kenapa puasa setelah bulan Sya’ban dinamakan puasa Ramadhan? Mengapa bukan nama yang lain?
Kata ‘ramadhan‘ merupakan bentuk kata tunggal, yang memiliki bentuk kata plural yaitu ‘romadhonaat‘. Secara bahasa kata ini bermakna ‘poros’. Ini karena ibadah puasa merupakan amalan yang menjadi poros daripada ibadah lain. Secara istilah ‘Ramadhan‘ merupakan bulan kesembilan dalam kalender umat Islam, yang dirayakan oleh umat Islam dengan melakukan puasa selama satu bulan dan dengan memperingati turunnya Al-Qur’an.
Ada beberapa versi yang menyatakan mengapa puasa pada bulan kesembilan ini dinamakan bulan puasa Ramadhan. Sebagai berikut:
Pertama, bangsa Arab memiliki kebiasaan menukil nama-nama bulan dari bahasa Kuno. Mereka sering menamai bulan dengan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Bulan Ramadhan ini diambil dari satu peristiwa di mana pada saat ini sedang musim panas dan barang-barang di sekitar tempat tinggal mereka pun ikut panas. Ini berawal dari kata “ramadhan” yang merupakan turunan dari kata “al-ramdlaa” yang berarti bebatuan yang panas (al-hijarat al-harrah).
Kedua, ada lagi yang menyebut puasa di bulan ini dengan nama Ramadhan sebab panasnya perut orang yang berpuasa karena menahan lapar dan dahaga.
Ketiga, ‘Ramadhan’ dijadikan nama, karena dosa-dosa seorang yang berpuasa hangus dengan panas yang ditanggung. Sebagaimana menurut hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radliya Allahu ‘anhu, dari Nabi shalla Allahu’ alaihi wa sallama, beliau bersabda,
Dinamakan Ramadan karena ia membakar dosa-dosa.
Begitulah beberapa versi makna mengapa puasa setelah bulan Sya’ban dinamakan bulan Ramadhan. Semoga di bulan Ramadhan tahun ini kita semua dapat menjalankan dengan semaksimal mungkin dan kita semua lulus dari ujian musibah. Amiin.
Tim Redaksi.