spot_img

Meneladani Karakter Baginda Rasul dalam Konteks Keindonesiaan

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ajaran dakwah; mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan. Pada umumnya, ada tiga macam dakwah dalam Islam, yaitu dakwah dengan lisan (da’wah bil lisan), dakwah dengan tulisan (da’wah bil qalam) dan dakwah dengan sikap (da’wah bil hal).

Nabi Muhammad Saw merupakan sosok tauladan terbaik dalam persoalan dakwah. Nabi dikenal sebagai orator yang baik, pakar dakwah, yang mampu memberikan pencerahan kepada umat-umatnya. Siapapun yang beriman, ia akan terkesima mendengarkan ajakan Nabi Muhammad Saw.

Bukti bahwa Nabi adalah pribadi yang berhasil dalam berdakwah ialah keberhasilannya selama 23 tahun dalam menelurkan peradaban yang dahsyat. Bahkan karena kehebatan dakwahnya, beliau ditempatkan oleh peneliti Eropa Michael A Heart, sebagai tokoh nomor satu paling berpengaruh di dalam sejarah umat manusia.

Karakteristik menonjol pada diri Nabi dalam berdakwah sehingga beliau sukses adalah penekanan pada dakwah bil hal atau dakwah dengan sikap dan tindakan. Beliau adalah pribadi sempurna sebagai suritauladan umat manusia sepanjang zaman. Bahkan para ulama menyatakan, hadis-hadis yang isinya seputar tindakan Nabi (al-fi’l an-Nabi) lebih banyak dibanding dengan hadis dalam bentuk ungkapan (qaul) atau ketetapannya (taqrir).

Secara lebih spesifik, karakter Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah dalam bentuk tindakan adalah pribadinya yang solutif. Nabi Muhammad seorang Nabi yang lihai dan apik dalam berdakwah. Tidak dengan cara kekerasan atau memaksa. Sebagai misal, pada jaman jahiliyah adalah dikenal sebagai jaman perbudakan. Setelah Islam datang, Islam tidak langsung memberangus kebiasaan kaum jahiliyah itu. Bertahap, Islam membolehkan budak bisa bebas tetapi dengan membayar. Dan seterusnya hingga Islam menghilangkan perbudakan secara permanen.

Betapa misalnya banyak dari sahabat Nabi Saw yang mulanya menjadi budak namun kemudian menjadi sahabat Rasulullah yang setia. Mereka dibebaskan bukan saja dari sisi fisiknya, akan tetapi juga dibebaskan untuk berfikir dan berkreasi.

Raghin Al-Sirjani dalam karyanya menyatakan bahwa Rasulullah adalah pribadi tauladan di dalam segala hal. Beliau tauladan dalam bersahabat, dekat dengan sahabat-sahabatnya dan tidak pernah sekalipun egois. Beliau menjadi tauladan sebagai seorang suami, yang menyayangi istri dan keluarganya secara maksimal. Begitu pun beliau tauladan dalam berdakwah, selalu memberikan solusi terbaik untuk kemaslahatan bersama tanpa pandang agama, etnis dan budaya.

Contoh konkrit sikap solutif beliau ialah ketika hijrah di Madinah. Kota tersebut sebelum Nabi datang dikenal sebagai kota yang dihuni oleh suku-suku yang berpuluh tahun bahkan berabad-abad saling bermusuhan dan berselisih. Suku-suku itu ialah suku Aush dan Khazraj. Hingga dalam waktu yang lama, tak pernah ada solusi untuk menyatukan keduanya. Namun setelah Nabi berada di Madinah, kota itu menjadi negeri berperadaban baik, kedua suku tersebut menjadi suku yang sangat dekat, saling memberi dan bersatu dalam membangun peradaban yang positif.

Begitu semeskinya seorang da’i di manapun berada, termasuk di Indonesia. Jika ingin menjadi pendakwah yang berhasil, ia harus menauladani karakter baginda Nabi Muhammad Saw yang banyak bertindak dalam kebaikan, memberi tauladan kebaikan sepanjang zaman serta memberikan solusi di setiap persoalan umat. Seorang da’i harus fokus dalam memberikan problem solving di setiap persoalan yang dihadapi umatnya.

Seorang da’i sudah seharusnya meniru Nabi Muhammad, sebagai pendakwah sukses sepanjang hayat. Mampu memberikan solusi di dalam persoalan apapun, baik dalam persoalan berbangsa, bernegara, ataupun beragama.

Tidak sekalipun Nabi Muhammad Saw menjadi da’i yang justru tidak memberikan kemaslahatan bagi umatnya. Apalagi sampai membenci dan mencaci orang yang belum mengikutinya. Seorang da’i patut memberikankan kebaikan kepada siapapun. “Al-Khair al-Muta’addi Afdhal Min Khair Al-Lazim: kebaikan yang besar lebih utama dibanding dengan kebaikan yang kecil. Wallahu A’lam.

Penulis: Hasan Asy’ari, QH., ME (Pendiri dan Pengasuh Ponpes Anjumul Wathan, Jakarta).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles