spot_img

Meneladani Akhlak Para Kekasih Allah

“Aku lebih mencintai hikayat tentang para kekasih Allah dan keindahan akhlak mereka daripada membicarakan banyak masalah fiqih. Karena mereka itu layaknya ‘sosok-sosok pendidik’ bagi masyarakat,” demikian salah satu ungkapan dari Imam Mazhab Hanafi, Abu Hanifah.

Salah satu metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah dengan membacakan kisah teladan. Dengan demikian, pendengar tidak akan dibuat bosan dan ngantuk oleh materi-materi yang disajikan. Hal ini tidak saja berlaku dalam kelas formal di kelas-kelas sekolah, tetapi juga di forum-forum edukatif lainnya, seperti saat penyampaian ceramah dan menasihati seseorang.

Selain variasi penyampaian penyampaian materi yang membuat mudah dicerna pendengar, pembacaan kisah teladan juga merupakan wujud nyata sebuah teori-teori telah dipraktekan oleh para pelaku teori itu sendiri. Sebagai contoh, seorang guru yang mengajarkan pentingnya sifat sabar, akan lebih menarik jika juga menyampaikan kisah-kisah kesabaran para kekasih Allah dalam menghadapi dinamika kehidupan.

Oleh karena itu, Syekh Muhammad Khalid Tasbit memberi kita metode edukasi efektif tersebut melalui bukunya yang berjudul ‘Makrifat Auliya’. Sebuah buku tasawuf yang menjelaskan tentang akhlak para kekasih Allah, berikut mutiara-mutiara nasihatnya. Buku ini menghimpun hikayat (kisah) dan nasihat 60 Wali Allah.

Mereka adalah Bisyr al-Hafi, Yahya bin Mu’adz, Damardasy al-Muhammadi, Abu al-Hajjaz, Abu Ishaq al-Jabaniyani, Abu Abdullah al-Jala’, Ahmad Zaini Dahla, Abu al-Abbas al-Mursi, Ahmad Ibnu Atha’illah as-Sakandari, Ibrahim bin Muhammad al-Maulid, Al-Fudhail bin Iyadh, Abu Sulaiman al-Darani, Ahmad ‘Ashim al-Anthaki, ‘Umar bin al-Faridh, dan lain sebagainya.

Buku ini terdiri dari tujuh bab, dengan sub-sub bab pada tiap-tiap bab utama, yaitu: 1). Adab, Taat, dan Tawadhu, 2) Dunia dan Ujian Hidup, 3). Istiqamah dan Kegigihan Hidup, 4). Amal Saleh Sosial, 5). Ilmu, Makrifat, dan Tauhid, 6). Cinta Allah dan Rindu Rasulullah, dan 7). Tasawuf, Tarerkat, dan Wali Allah.

Selain penyampaian kisah teladan, nasiahat-nasihat ulama terkait bab juga disampaikan sebagai penguat kisah. Seperti saat menjelaskan bab ‘Adab’ (etika), Khalid Tsabit menyampaikan kisah kedurhakaan Iblis kepada Allah subhanahu wata’ala sebagai wujud ketidakberadaban Iblis.

Dengan mengutip Sayyid Muhammad ‘Alwi al-Maliki, Khalid Tsabit mengawali pembahasan, “Sesungguhnya iblis celaka bukan karena kurangnya ilmu, melainkan karena kurangnya adab.”

Dalam buku itu dikisahkan, sebenarnya iblis merupakan sosok yang alim. Bahkan, ia tergolong jin yang beribadah sungguh-sungguh. Oleh karena itu, Allah pun meninggikan derajatnya di alam arwah. Selain itu ia juga memiliki kedudukan luhur di kalangan malaikat. Namun sayang, keliman dan kesungguhan iblis tidak berarti setelah ia menunjukkan sifat angkuhnya. Pencapaiannya selama ini runtuh seketika.

Dalam ajaran tasawuf, adab menjadi pondasi yang sangat penting. Para guru-guru taerkat menyatakan, “Tasawuf itu seluruhnya akhlak. Siapa yang menambah akhlak bagimu, maka ia telah menambah tasawuf bagimu.”

Hal senada juga disampaikan oleh Syekh Abu Hafish al-Naisaburi, “Tasawuf itu seluruhnya adab. Setiap waktu memiliki adab. Setiap akhlak memiliki adab. Setiap maqam (kedudukan) juga memiliki adab. Siapa saja yang berpegang teguh pada adab, maka ia akan sampai pada tujuan. Sebaliknya, siapa yang meninggalkan adab, maka ia semakin jauh dari tujuan, meski dirinya merasa semakin dekat. Ia akan ditolak meski ia mengira akan diterima.”

Menurut Khalid Tsabit, adab adalah buah dari berpegang pada intisari ilmu. Adab yang buruk adalah buah dari ketertipuan oleh kulit dan bentuk ilmu.

Iblis merupakan cermin dari petaka kesombongan. Karena kesombongan yang diperbuatnya, iblis bersikukuh pada keburukannya, dan menganggap perbuatannya benar. Karena kesombongannya pula, Iblis tidak mendapat ampunan Allah ta’ala. Rasulullah Saw. bersabda,

“Tidak akan masuk surga orang yang di hatinya terdapat kesombongan, meski hanya sebesar biji sawi.”

Demikianlah cara Khalid Tsabit menyampaikan materi-materi tasawuf dalam bukunya. Selain penyampaian kisah, juga dibumbui nasihat-nasihat para kekasih Allah. Buku ini sangat menarik untuk dibaca semua kalangan, baik seorang pengajar atau orang pada umumnya.

Bagi seorang pengajar, akan memperkaya khazanah kisah tasawuf dan dijadikan sebagai metode pengajaran yang efektif. Bagi orang pada umumnya, buku ini sangat cocok sebagai bacaan ringan namun sangat dalam menyampaikan pesan-pesan.

Identitas buku:

Judul: Makrifat Auliya’

Penulis: Muhammad Khalid Tsabit

Penerjemah: M. Tatam Wijaya

Penerbit: PT Qaf Media Kreativa

Cetakan: I, Agustus 2020

Tebal: 391 halaman

ISBN: 978-602-5547-78-2

 

Peresensi adalah Muhamad Abror, Mahasantri Mahad Aly Saiidusshiddiqiyah Jakarta

Muhamad Abror
Jurnalis, Esais, Pegiat Kajian Keislaman (wabilkhusus sejarah), Alumni Ponpes KHAS Kempek Cirebon, Mahasantri Mahad Aly Sa'iidusshiddiqiiyah Jakarta

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles