spot_img

Membendung Jama’ah Islamiyyah di Indonesia Pasca Taliban Kuasai Afghanistan

Taliban resmi kuasai Afghanistan setelah Presiden dan Wakil Presidennya kabur dari negara tersebut. Kelompok yang dicap oleh dunia internasional sebagai kelompok teroris ini bahkan menguasai Ibukota Afghanistan; Kabul. Secara historis, kelahiran Afghanistan sarat dengan kelompok politik yang ‘berjualan’ agama untuk memenangkan apa yang diinginkannya. Ia lahir pada tahun 1990-an sebagai fraksi politik keagamaan ultra-konservatif pasca runtuhnya rezim komunis Afghanistan. Setelah itu, ia bahkan didukung oleh satu provinsi di Afghanistan (Provinsi Pasthun) untuk melakukan perebutan kekuasaan Ibukota Kabul.

Hubungan antara Taliban dengan kelompok teroris Al-Qaeda sangat nampak. Sajjan Gobel, pakar Asian Pasific Foundation, menyatakan bahwa banyak dari keluarga-keluarga Al-Qaedah yang menikah dengan Taliban di Afghanistan. Selain itu, masih kata Gobel, kedua kelompok ini memiliki visi yang sama, mendirikan negara Islam. PBB pada 2021 juga mengungkapkan bahwa sebagian para pemimpin Al-Qaeda tinggal di perbatasan Afghanistan dan Pakistan. Di Afghanistan sendiri mereka sangat welcome dengan tokoh-tokoh Al-Qaeda. Kita semua tahu kalau al-Qaeda merupakan teroris internasional, yang dikecam dunia. Maka tidak mengada-ada bila Taliban pun memiliki visi yang demikian.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dampak bagi Indonesia pasca Taliban menguasai Afghanistan? Apakah kelompok-kelompok teror di Indonesia akan mengikuti apa yang dilakukan oleh Taliban dan terinspirasi oleh gerakan kudeta mereka kepada negara? Apakah kelompok-kelompok radikal di Indonesia akan pergi ke Afghanistan bergabung dengan Taliban, atau melakukan teror di rumah sendiri (negara Indonesia)? Kalau melihat sejarah, hubungan Al-Qaeda, sebagai kelompok yang teror yang akrab dengan Taliban, juga memiliki keterlibatan pemboman-pemboman. Misalnya, pada tahun 90-an, kelompok JI yang sudah terafiliasi dengan Al-Qaeda melakukan latihan militer ke Afghanistan, pasca mereka balik ke Indonesia, diayakini juga terlibat dalam kasus Bom Bali dan Bom Hotel JW Marriot.

Taufik, anggota Yayasan Prasasti Perdamaian, seperti dilansir PBB, mewanti-wanti agar Indonesia berhati-hati dan waspada pasca Taliban kuasai Afghanistan. Pemerintah harus mengawasi glorifikasi kemenangan Taliban atas Afghanistan di Indonesia. Jangan sampai menjadi inspirasi kelompok-kelompok teror, utamanya Jama’ah Islamiyyah (JI) untuk merebut kekuasaan di Indonesia atas nama jihad. Di akar rumput, semangat nasionalisme warga bangsa Indonesia harus terus dipupuk untuk jangan terkecoh oleh prpoaganda-propaganda kelompok radikal teror di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga harus menggencarkan vaksin deradikalisasi sebagai penguatan imun kebangsaan masyarakatnya.

Kadiv Humas Polri Irjen Prabowo Argo Yuwono (2020) pernah menyebut, JI telah melatih anak-anak muda melakukan tindakan teror. Sudah ada 91 kader JI yang dilatih dan siap tempur. 66 dari mereka telah dikirim ke Suriah untuk melakukan ‘jihad’ teror melawan pemerintah dan aparat. Penanggung jawab kelompok JI adalah Parawijayanto dan ketua latihan dipimpin oleh Joko Priyono. Dari kader-kader yang telah dilatih JI, Detasemen Anti (Densus) Antiteror telah melakukan upaya hukum kepada 20 anggota pelatihan. Di samping mereka terus memantau secara maksimal gerakan JI di banyak wilayah di Indonesia.

Sementara itu Mantan Teroris JI Nasir Abbas, dilansir Tempo, meminta agar pemerintah benar-benar mewaspadai euforia simpatisan kelompok Taliban pasca mereka kudeta Afghanistan. Bisa sangat mungkin peristiwa ini diabdikan JI di Indonesia melakukan rekrutmen anggota kelompok teror itu. Hal ini, menurut dia, persis dengan kejadian tahun 2013 ketika Taliban kuasai Suriah. Banyak simpatisan kelompok ini di Indonesia yang euforia dengan melakukan hijrah ke Suriah karena menganggap Islam telah merebut kemenangan. Ia juga menyebut eksistensi JI di Indonesia masih banyak. Hal ini yang membuat pemerintah, melalui kepolisian, terus melakukan pemantauan dan penegakkan hukum agar tidak meluas ke berbagai wilayah.

Eksistensi JI di Indonesia pasca Taliban kuasai Afghanistan harus menjadi pekerjaan rumah semua elemen bangsa. Jangan sampai mereka melakukan apa yang Taliban lakukan di Afghanistan. Terbongkarnya Syam Organizer yang menjadi kedok kelompok JI semakin membuktikan eksistensi kelompok teror ini. Mereka mengatasnamakan kemanusaain untuk mengepul dana. Atas nama agama, mereka mengumpulkan pendanaan yang nyatanya digunakan untuk menggaji para pemimpin mereka, digunakan untuk biaya pelatihan, dan mengirim anggotanya yang siap perang ke luar negeri. Selain waspada dengan adanya pendanaan oleh lembaga-lembaga yang belum jelas kelaminnya, semangat nasionalisme harus menjadi pegangan utama agar kita bisa melawan eksistensi kelompok teror JI pasca dirampasnya Afghanistan oleh Taliban.[]

 

 

 

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles