Kompas
Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah awal kesembuhan ~ Ibnu Sina
Dikutip dari kompas, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental sendiri merupakan kondisi yang mempengaruhi suasana hati, pikiran, dan perilaku kita.
Gangguan kesehatan mental meliputi depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, gangguan makan ,dan perilaku adiktif. Parahnya, penyakit mental ini secara signifikan dapat mengubah sikap seseorang dalam menangani stres, hubungan sosial, dan mengambil keputusan. Kondisi ini bahkan bisa memicu pada keinginan menyakiti diri sendiri.
Tak terkecuali di tengah situasi pandemi seperti sekarang. Kesehatan mental berada dalam posisi rawan. Bagaimana tidak? Pandemi Covid-19 adalah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian. Orang tidak tahu, kapan persisnya situasi ini akan berakhir. Karenanya, tak heran bila banyak orang menemukan kesulitan untuk melewati situasi ini. Terlebih, setelah berbulan-bulan, kondisi belum juga menunjukkan tanda-tanda positif.
Belum lagi berbagai informasi yang berkembang kian hari kian membingungkan. Media sosial dipenuhi dengan opini-opini tentang virus Corona yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Setiap hari, kita disuguhi informasi simpang siur, silang pendapat di media sosial yang tidak objektif dan bahkan cenderung menyesatkan.
Menurut WHO, sebagaimana dikutip kompas, dunia saat ini tidak hanya sedang menghadapi pandemi Covid-19 sebagai penyakit, tetapi juga informasi tentang pandemi itu sendiri yang membuat kondisi semakin berat. Misalnya, masih banyak orang hari ini tidak percaya bahwa virus ini ada dan menganggapnya konspirasi, sehingga menganggap remeh protokol kesehatan. Di samping masih banyak orang percaya hoaks tentang obat penyembuh Covid-19, padahal penelitian belum menemukannya. Bahkan, tak sedikit orang memproduksi berita dan menyebarkan informasi sesat tentang pandemi yang membuat ketakutan berlebihan di masyarakat.
Konsumsi informasi berlebihan, dan peredaran hoaks seputar pandemi sangatlah berpengaruh bagi kesehatan mental. Padahal kesehatan mental memiliki relasi yang kuat terhadap kesehatan fisik. Setiap kali kita menerima informasi salah atau hoaks tentang pandemi, maka saat itu juga kita akan bersikap salah dalam menyikapi virus ini. Atau sebaliknya, saat kita ikut menyebarkan berita hoaks tentang hal ini, maka kita telah mengganggu kesehatan mental masyarakat.
Maka tepat ketika Ibnu Sina menyebut, bahwa kekhawatiran adalah separuh penyakit. Sumber kekhawatiran tentang pandemi ini tidak lain adalah ketidaktahuan dan informasi keliru dan hoaks yang setiap hari kita konsumsi. Untuk menghindari kekhawatiran berlebih tentang pandemi, maka kita harus bersikap tenang dan proporsional dalam bersikap.
Misalnya, kita tidak mengkonsumsi informasi dan ikut menyebarkan berita tentang pandemi yang tidak jelas kebenarannya. Selama kita tidak memiliki kapasitas terkait persoalan ini, maka langkah terbaik adalah tetap mengikuti ahli agar menerapkan protokol kesehatan secara wajar.
Sikap waspada tetap harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan otoritas berwenang. Namun, pada saat yang sama kita tetap optimis dan mengurangi kekhawatiran yang berlebih dengan mengurangi membaca berita yang tidak otoritatif.
Pada akhirnya, agar kondisi fisik tetap sehat dan imun tidak menurun, kita harus menjaga pikiran kita agar tetap stabil dan tidak panik. Cara terbaik adalah mengurangi kegiatan membaca informasi yang tidak jelas bahkan hoaks. Atau, jika kita ingin selamat dan Indonesia keluar dari kemelut ini dengan segera, salah satu caranya adalah bersabar. Sabar untuk tidak berbicara seputar pandemi jika kita tidak memiliki kapasitas, sabar untuk tidak berkumpul untuk sementara waktu (jika tidak penting), sabar untuk tidak menyebarkan berita yang salah terlebih hoaks.
Jika hal kecil ini bisa kita lakukan, maka kesehatan mental bisa kita jaga, dan ini akan menjaga imunitas kita tetap stabil. Sebab, jika media sosial kita sehat, jauh dari hoaks, maka Indonesia akan selamat dan kita secara perlahan akan keluar dari krisis kesehatan ini.
Sebagaimana Ibnu Sina katakan, “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah awal kesembuhan.”
Penulis: Ares.