spot_img

Kiai Ma’ruf Khozin: Memperingati Hari Kemerdekaan Tidak Bid’ah

Setiap 17 Agustus bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaannya. Sejumlah rangkaian acara digelar seperti upacara pengibaran bendera merah putih, doa bersama, mengenang jasa para pahlawan, beragam perlombaan, dan sebagainya.

Namun, menurut sebagian kelompok memperingati hari kemerdekaan adalah bid’ah karena belum pernah ada di zaman Nabi Muhammad.

Menanggapi hal ini, Ketua Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jawa Timur, KH Ma’ruf Khozin menyanggahnya dengan alasan momen peringatan ini sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan bukan termasuk bid’ah yang tercela.

“Tujuannya sudah jelas diperbolehkan karena mensyukuri kemerdekaan. Sekarang pelaksanaannya, jika diisi dengan doa bersama dan makan bersama, tidak ada yang dilanggar dalam syariat,” tulis Ma’ruf Khozin di akun facebook pribadinya, Selasa (16/8/2022).

Dia mendasari argumennya dengan pendapat ulama Al-Azhar Mesir dalam Fatawa Al-Azhar (10/160), sebagai berikut:

ﻭاﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺎﺕ اﻟﺘﻰ ﻳﺤﺘﻔﻞ ﺑﻬﺎ ﻗﺪ ﺗﻜﻮﻥ ﺩﻧﻴﻮﻳﺔ ﻣﺤﻀﺔ ﻭﻗﺪ ﺗﻜﻮﻥ ﺩﻳﻨﻴﺔ ﺃﻭ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻣﺴﺤﺔ ﺩﻳﻨﻴﺔ، ﻭاﻹﺳﻼﻡ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺩﻧﻴﻮﻯ ﻻ ﻳﻤﻨﻊ ﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﺩاﻡ اﻟﻘﺼﺪ ﻃﻴﺒﺎ، ﻭاﻟﻤﻈﺎﻫﺮ ﻓﻰ ﺣﺪﻭﺩ اﻟﻤﺸﺮﻭﻉ

Artinya, “Hari-hari yang diperingati ada yang murni bersifat duniawi dan bersifat agama, atau yang bersentuhan dengan agama. Islam, dalam menyikapi hal-hal yang bersifat dunia, tidak melarang selama tujuannya benar dan pelaksanaannya berada dalam koridor syar’i.”

Jika dalam pelaksanaannya diisi dengan musik, lanjut Ma’ruf, maka dalam hal ini ulama berbeda pendapat. Akan tetapi kita bisa mengambil pendapat yang boleh. Tidak masalah.

“Tapi jika sampai dengan menenggak minuman keras, pesta yang sampai bersenggolan antara lelaki dan wanita, maka yang dilarang adalah perbuatan mungkarnya tersebut, bukan 17-nya,” imbuhnya.

Selanjutnya, Ma’ruf mengisahkan, sejak kecil dirinya  selalu mendengar para kiai pendahulu ikut perang melawan penjajah dan meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Harta, jiwa dan raga adalah sumbangan para pahlawan dan pejuang bangsa ini.

“Tiba-tiba datang sekelompok orang yang tidak menyumbang apa-apa untuk bangsa ini malah membidahkan perayaan 17 Agustus,” pungkas Ma’ruf.[]

Muhamad Abror
Jurnalis, Esais, Pegiat Kajian Keislaman (wabilkhusus sejarah), Alumni Ponpes KHAS Kempek Cirebon, Mahasantri Mahad Aly Sa'iidusshiddiqiiyah Jakarta

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles