Penulis: Dr. Abdul Aziz, M.A., M.A.Hk. (Dosen STAI Nurul Iman, Parung Bogor).
Peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memaparkan bahwa 1 Sya’ban 1444 H jatuh pada 22 Februari 2023. Hal tersebut berdasarkan pengamatan hilal di beberapa titik di Balai Rukyat Nahdlatul Ulama (NU) pada 20 Februari 2023 silam. Dapat disimpulkan bahwa hilal tidak terlihat, sehingga bulan Rajab 1444 H digenapkan menjadi 30 hari, dan 1 Syaban 1444 H jatuh pada Rabu, 22 Februari 2023. Dengan demikian, Nisfu Sya’ban 2023 akan jatuh mulai Selasa (7/3/2023) malam hingga Rabu (8/3/2023) atau Selasa malam Rabu.
Pasalnya, pergantian hari pada kalender Hijriah dimulai setelah Matahari terbenam atau waktu maghrib. Sementara itu, malam Nisfu Sya’ban diyakini sebagai malam dikabulkannya do’a (saatul istijabah), pengampunan dosa dan diperingati dengan beribadah sepanjang malam.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibn Umar Ibn al-Khattab, dia berkata:
خَمْسُ لَيَاٍل لَا يَرُدُّ فِيْهِنَّ الدُّعَاءُ: لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ، وَأَوَلَ لَيْلَةٍ مَنْ رَجَبَ، وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، وَلَيْلَتَا الْعِيْدِ.
Artinya: “Ada lima malam di mana doa tidak akan ditolak, yaitu malam jum’at, malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, dan dua malam hari raya (Idul fitri dan Idul adlha). Kelima, lailatul hayah wa lailah ‘idil malaikah.
Lalu Nabi Saw juga menjelaskan keistimewaan malam Nisfu Sya’ban lainnya yaitu malam diampuni dosa-dosa. Beliau bersabda:
يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
“Allah Azza wa Jalla akan memandang makhluk (hamba-hamba) Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Lalu Dia akan mengampuni dosa hamba-hambaNya itu, kecuali dua orang: yaitu orang yang suka menebar fitnah (termasuk provokasi dan berita hoax) dan yang membunuh jiwa.” (H.R. al-Thabrani dari Muadz bin Jabal
r.a).
Diantara kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam pada malam Nisfu Syaban adalah membaca surat Yasin tiga kali (3x) yang setiap kali diikuti do’a. Yasin pertama diniatkan untuk panjang umur dalam kondisi taat dan patuh pada Allah. Yasin kedua diniatkan untuk tolak bala’ dalam seumur hidup kita. Dan Yasin ketiga diniati minta kekayaan dan kecukupan selama hidup.
Allah memperlihatkan malam Nisfu Syaban kepada siapa pun. Tidak ada yang dirahasiakan tentang terjadinya malam nisfu Syaban. Waktu dan tanggalnya sudah jelas dan tidak berubah-ubah di setiap tahunnya, yaitu jatuh pada malam tanggal 15 bulan Syaban.
Bedahalnya dengan malam Lailatul Qadar. Allah sangat merahasiakan kapan malam lailatul Qadar tersebut akan terjadi. Bisa tanggal 21, 23, 25, 27 atau bahkan di sepanjang bulan Ramadlan berpotensi Lailatul Qadar, namun mengenai kapan persisnya benar-benar menjadi misteri.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Allah tidak merahasiakan malam Nisfu Syaban, namun Allah merahasiakan malam Lailatul Qadar, apa hikmah di balik itu semua? Padahal, keduanya sama-sama malam yang penuh dengan limpahan rahmat Allah.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani menegaskan bahwa Lailatul Qadar dirahasiakan karena ia lebih dominan sisi rahmat dan ampunan di dalamnya. Barangsiapa menghidupi Lailatul Qadar, maka ia akan diberi kemuliaan dan pahala yang tidak terhingga.
Maka dari itu, Allah merahasiakannya agar ummat Islam tidak hanya mengandalkan malam Lailatul Qadar sebagai satu-satunya waktu untuk beribadah secara serius. Dengan dirahasiakannya Lailatul Qadar, semakin tampak siapa hamba yang betul-betul menjaga konsistensi ibadahnya dan siapa yang hanya beribadah secara musiman.
Hal ini tentu berbeda dengan malam Nisfu Syaban. Meski di dalamnya dipenuhi limpahan rahmat, namun pada malam tersebut lebih dominan sisi penentuan nasib seorang manusia. Di malam Nisfu Syaban, amal perbuatan manusia selama satu tahun dilaporkan di hadapan-Nya. Manusia diuji selama satu tahun, apakah ia semakin dekat dengan Allah ataukah justru semakin diperbudak oleh nafsunya.
Pada malam itu juga Allah akan memberikan keputusan siapa yang layak mendapat ridha-Nya dan siapa yang tertimpa azab-Nya. Di malam tersebut tampak siapa yang beruntung dan celaka. Oleh karena hal tersebut, malam nisfu Syaban tidak dirahasiakan oleh Allah.
Menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani di dalam karyanya Ghunyah al-Thalibin beliau mengatakan,
وقيل إن الحكمة في أن الله تعالى أظهر ليلة البراءة وأخفى ليلة القدر لأن ليلة القدر ليلة الرحمة والغفران والعتق من النيران، أخفاها الله لئلا يتكلوا عليها
Dikatakan, hikmah dibalik Allah memperlihatkan malam pembebasan (Nisfu Sya’ban) dan menyamarkan Lailatul Qadar adalah bahwa Lailatul Qadar merupakan malam kasih sayang, pengampunan, dan pembebasan dari neraka. Allah menyamarkan Lailatul Qadar agar para manusia tidak mengandalkannya.
وأظهر ليلة البراءة لأنها ليلة الحكم والقضاء وليلة السخط والرضاء ليلة القبول والرد والوصول والصد، ليلة السعادة والشقاء والكرامة والنقاء فواحد فيها يسعد والآخر فيها يبعد، وواحد يجزى ويخزى وواحد يكرم وواحد يحرم، واحد يهجر وواحد يؤجر
Dan Allah memperlihatkan malam pembebasan (nisfu Sya’ban) karena ia adalah malam penghakiman dan pemutusan, malam kemurkaan dan keridhaan, malam penerimaan dan penolakan, malam peyampaian dan penolakan, malam kebahagiaan dan kecelakaan, malam kemuliaan dan pembersihan. Sebagian orang beruntung, sebagian yang lain dijauhkan dari rahmat-Nya, ada yang dibalas pahala, ada pula yang dihinakan, ada yang dimuliakan, ada pula yang dicegah dari rahmat-Nya, salah seorang didiamkan, salah seorang diberi pahala. (Ghunyah al-Thalibin, hal. 283)
Sayyid Utsman bin Yahya (Maslakul Akhyar, hal. 78-80) menyebutkan doa berikut ini yang dibaca saat malam nisfu Sya’ban.
اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ
“Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”
Semoga Nisfu Sya’ban kali ini menjadikan pribadi-pribadi yang lebih baik lagi dan dalam rahmat naungan Allah Swt dengan selalu melaksanakan perintahnya dan segenap usaha menjauhi larangan-larangan-Nya. Aamiin.[]