spot_img

Gus Dur dan Wali Allah

Setelah selesai menziarahi makam Syekh Ali Uraidhi, Gus Dur berdoa di Raudhah. Pada malam harinya Gus Dur mengajak jalan-jalan Kiai Said untuk menemui seorang alim (wali) Allah.

Setelah berkeliling dari satu masjid ke masjid lain, Kiai Said mendapati seorang dengan sorban yang tinggi sedang mengajar, Kiai Said menduga bahwa inilah wali yang dimaksud oleh Gus Dur.

“Apa itu wali Allah, Gus?” tanya Kiai Said penasaran.

“Bukan,” jawab Gus Dur santai.

Karena orang yang dimaksud Kiai Said itu bukan wali menurut Gus Dur, maka mereka melanjutkan perjalanannya ke masjid yang lain. Lalu mereka bertemu seorang dengan sorban dengan jidatnya yang hitam sedang berdoa. Kiai Said bertanya, “Apakah ini Gus yang jenengan maksud?”
“Bukan,” jawab Gus Dur menegaskan.

Kemudian mereka berjalan kembali dari satu masjid ke masjid yang lain. Saat sedang berjalan Gus Dur secara tiba-tiba menghentikan langkahnya di dekat orang yang tampilannya biasa saja dengan sorban kecil di kepalanya. Orang itu hanya diam, tak berbicara sepatah kata pun. Sampai selang beberapa saat Gus Dur berujar, “Beliau (sambil menunjuk orang yang dimaksud) adalah wali.”

Seketika kemudian Kiai Said menghampiri orang yang dimaksud oleh Gus Dur itu, kemudian berbicara sambil memperkenalkan dirinya dan Gus Dur dalam bahasa Arab.

“Assalamualaikum Syekh, saya Said Aqil Siradj dan ini adalah ustadz Abdurrahman Wahid, Ketua Organisasi Islam terbesar di Asia,” kata Kiai Said memperkenalkan diri.

Selang beberapa waktu, mendoakan Gus Dur .

Setelah selesai mendoakan Gus Dur, wali itu pergi sambil membawa surbannya. Terdengar sayup-sayup wali itu berkata, “Ya Rabbi, ma zanbi hatta tu’arrifuni (Ya Tuhanku, apa dosaku sehingga ada seorang yang tahu maqom (kedudukan) diriku?”
Diolah dari berbagai sumber.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles