spot_img

Cara Berlindung dari Pemahaman Islam Radikal

 

Foto/Istimewa

Banyak orang berdebat tengtang istilah “Islam radikal.” Sebagian orang merasa keberatan dengan istilah tersebut. Mereka tidak rela jika Islam disematkan dengan kata radikal. Walaupun pada faktanya banyak kaum muslim yang begitu sangat radikal sampai pada tingkat terorisme. 

Kita sepakat bahwa secara natural Islam tidak radikal. Karena dari sisi etimologis kata Islam sendiri berarti keselamatan. Tidak hanya menyelamatkan pemeluknya secara personal, tapi juga orang lain secara komunal. Artinya, mengatakan sifat radikal sudah menjadi tabiat dari Islam adalah sebuah kontradiksi yang tidak mungkin terjadi. Lalu di mana titik singgungnya Islam dan radikal? Ternyata dari paham. Ada orang yang memahami bahwa Islam itu eksklusif, tafsir tunggal dan menolak tafsir plural, kebenaran tunggal, menolak eksistensi agama bahkan mazhab lain, dan syariat menurut pandangannya harus ditegakan.

Pemahaman seperti yang disebutkan sudah sangat menjamur dan berakar kuat pada tidak sedikit masyarakat. Pemahaman-pemahaman radikal seperti ini tidaklah muncul di ruang kosong. Pemahaman radikal ini disebarkan secara sistematis melalui haflah-haflah atau halaqoh-halaqoh yang sengaja dibuat untuk itu baik di dunia nyata maupun maya. Mereka berdalih pemurnian ajaran Islam, mereka menggunakan term-term seperti jihad, hijrah, infak, dan lainnya agar terlihat islami. Lalu bagaimana sikap kita? Jelas kita harus berlindung (istiadzah) dari itu semua. 

al-Quran di dalam dua surah yang terkenal dengan al-muawwidatain, yaitu surah al-Falaq dan al-Nas, telah mengajarkan kita bagaimana beristiadzah dari setiap godaan. Menurut Makarim Syirazi seorang mufassir dari benua Persia, menyebutkan bahwa surah al-Nas mengajarkan kita bagaimana berlindung dari keburukan yang dalam surah al-Nas digambarkan dengan setan. Makarim Syirazi menyebutkan 3 (tiga) hal cara beristiadzah, yaitu; Pertama, beristiadah tidak cukup hanya di lisan semata. Artinya kita tidak cukup hanya dengan membaca surah al-Nas dan al-Falaq saja. Kedua, kita harus bermohon perlindungan kepada Allah dari pikiran-pikiran dan akidah-akidah yang menyesatkan serta amal-amal yang buruk. Ketiga, menjauhi cara-cara setan, pikiran-pikiran setan, jalan-jalan dan metode-metode setan, haflah-haflah, kumpulan-kumpulan dan halaqoh-halaqoh syaitaniyyah. Sifat syaithaniyyah yang dimaksud yaitu hal yang membawa pada kemungkaran, kerusakan, kehancuran, permusuhan, dan hal buruk lainnya.

Dalam konteks beristiadzah dari pemahaman Islam radikal, maka kita harus selalu memohon kepada Allah untuk dijauhkan dari pemahaman Islam radikal dengan membaca surah al-Falaq dan al-Nas. Karena pemahaman Islam radikal adalah pemahaman syaithaniyah yang menyesatkan dan akan melahirkan akidah serta amal syaithaniyah. Akidah dan amal syaithaniyah yang dimaksud seperti merasa sempurna jika ia mencaci, menyesatkan, membidahkan, mengkafirkan bahkan melenyapkan nyawa orang lain karena dianggap perintah agama. 

Langkah terakhir yaitu menjauhi cara, pikiran, metode, haflah, kumpulan dan halaqoh-halaqoh syaithaniyyah. Cara dan metode syaithaniyyah begitu sangat licik. Hal yang sangat sulit disadari yaitu ia membungkus kemungkaran dengan kebajikan, ia bungkus dosa dengan pahala. Ia bungkus pemboman, pembunuhan, dan perusakan tempat ibadah dengan dalih jihad menegakan hukum Allah dan pahala surga serta bidadarinya. Ia bungkus kebencian dengan pahala. Ia dorong manusia untuk saling mencaci, mengkafirkan, membidahkan dan menyesatkan dengan motif menegakan Islam yang murni. 

Kita pun harus berlindung kepada Allah dengan cara menjauhi haflah, kumpulan serta halaqoh-halaqoh syaithaniyyah. Sekarang begitu banyak halaqoh-halaqoh yang mengatasnamakan menyebaran ajaran Islam yang isinya kebencian, caci maki dan penyesatan terhadap kelompok yang tidak sepaham. Bahkan teroris-teroris itu kebanyakan lahir dari halaqoh-halaqoh kebencian dan penyesatan itu. Ke dalam diri mereka disuntikan kebencian, caci maki, penyesatan, pengkafiran dan penghancuran dengan dalih menegakan hukum Allah. 

Maka dari itu, jika kita mampu, kita harus membuat halaqoh tandingan sebagai kontra narasi, atau jika tidak mampu lebih baik kita menjauhi halaqoh-halaqoh syaithaniyyah seperti ini dan mendekati halaqoh-halaqoh ilahiyah yang berisikan nasihat-nasihat ramah, menyejukan, toleransi, keberagaman, kebersamaan dan persaudaraan. Carilah guru yang mengkampanyekan Islam yang ramah, moderat, toleran dan menghargai serta menghormati pemahaman keagamaan selainnya.. Karena inti dari ajaran Islam, bahkan mungkin semua agama, yaitu keselamatan bagi pemeluknya dan bagi yang lainnya pula.[]

Penulis: Beta Firmansyah, Alumni STFI Sadra Jakarta.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles