spot_img

Budaya Rongsokan yang Tak Boleh Dibawa ke Indonesia

ISTIMEWA

Budaya dan agama adalah dua hal yang berbeda. Budaya merupakan hasil karya manusia sedangkan agama diturunkan langsung dari Allah SWT. Sayangnya, ada sementara orang yang gagal paham memaknai budaya, terutama sekali budaya Arab, yang dianggapnya sebagai agama dan mesti dipraktikan seluruhnya di Indonesia.

Budaya-budaya perang dan permusuhan antar orang-orang penting, bahkan orang dekat Rasulullah, seringkali diasumsikan sebagai ajaran agama. Lihat saja misalnya perang Unta yang dilakukan antara Sayyidina Ali RA dan Aisyah RA, yang dianggap sebagian orang sebagai perang suci yang harus diteruskan hingga kini.

Perang yang dilakukan antara menanti Rasulullah dan istri beliau ini memang cukup menggelitik, tak jarang dujadikan justifikasi ajaran perang oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Perang lain yang acapkali dianggap sebagai ajaran agama adalah perang Siffin, antara Sayyidina Ali RA dan Muawiyah RA. Padahal, jelas, tujuannya adalah demi kekuasaan (politik), bukan soal memperjuangkan agama.

Pertikaian antarumat memang tidak bisa dielakkan. Pasca wafatnya nabi yang kemudian dikenal dengan al-fitnah al-kubra telah melahirkan kubu-kubu umat Islam, seperti Suni, Syiah dan Khawarij. Disadari atau tidak masing-masing telah mengkalim paling benar sendiri dan terus diikuti oleh generasi setelahnya bahkan hingga kini.

Memang, kita yakini bahwa dahulu umat Islam pernah berada di puncak kejayaan Islam. Para ilmuan banyak dilahirkan. Kitab dan buku banyak dikarang. Cendekiawan muslim banyak menemukan temuan yang menakjubkan. Namun disadari atau tidak, semua itu dibangun di atas kafan para pelaku politik kekuasaan. Kemajuan Islam tidak bisa lepas dari pondasi yang dibangun dengan darah-darah sebagian umat.

Mau atau tidak, budaya Arab itu telah diambil inspirasi buruk oleh sebagian orang yang mengaku Islam namun membunuh dengan seenaknya sendiri. Tragedi 11 September di New York menjadi salah satu presedennya. Yang, kemudian juga menyeluruh di negara-negara dunia, termasuk Indonesia. Budaya Arab yang tidak baik ini telah menginspirasi para jihadis dengan membunuh orang-orang tak berdosa.

Buya Syafii Maarif pernah menyatakan bahwa budaya Arab yang gemar melakukan perang itu dinamakan dengan “budaya rongsokan”, budaya yang tidak boleh mewujud di Indonesia. Budaya yang tak perlu dibawa-bawa ke masyarakat nusantara yang amat sangat beragam.

Indonesia telah memiliki Pancasila. Ideologi sakti yang telah teruji kehebatannya. Pancasila telah mampu melawan ideologi-ideologi yang mencoba menggantikannya. Bahkan, Pancasila telah mengalami perlawanan dari sebagian orang besar yang menjadi pendiri bangsa ini.

Sebagai bangsa Indonesia kita harus bangga dan terus menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang harus terus dijaga bersama dan diimplementasikan dengan apik. Agar, Indonesia bebas dari budaya rongsokan yang hanya akan memporak-porandakan bangsa Indonesia yang cukup beragam ini. Mari jaga Indonesia.[]

Penulis: Tim Redaksi.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles