Sumber gambar: Qaf Media Kreativa |
Salah satu cara Allah melegitimasi status kenabian para nabi-Nya adalah dengan menurunkan mukjizat pada nabi tersebut. Kehadiran mukjizat itu bisa dirasakan, bahkan dilihat oleh kaumnya. Untuk kemudian mereka bertekuk lutut melihat keagungan mukjizat tersebut dan mengakui kenabian nabi-Nya. Meski tidak semua kaum mengimaninya.
Mukjizat yang turun pada setiap nabi pun berbeda-berbeda. Sesuai kondisi sosial kaumnya masing-masing. Nabi Musa As., misalnya, yang hidup di tengah para penyihir, diberikan mukjizat –di antaranya—tongkat berubah menjadi ular dan mengalahkan semua penyihir yang ada. Begitupun Nabi Muhammad Saw. yang hidup di lingkungan masyarakat Arab yang pandai bersyair. Sehingga salah satu mukjizat yang dimiliki Nabi Muhammad adalah al-Qur’an.
Demikianlah, semua nabi memiliki mukjizat masing-masing. Hanya saja, mukjizat al-Qur’an yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. tidak akan redup ditelan zaman. Sampai hari ini, mikjizat al-Qur’an masih bisa kita rasakan. Berbeda dengan mukjiat nabi-nabi lainnya, yang hanya eksis pada masanya saja.
Salah satu buku yang layak untuk dibaca terkait hal ini adalah buku ‘Keistimewaan Al-Qur’an: Memahami Sisi-Sisi Keutamaan dan Kemukjizatan Kitab Suci’. Buku yang menguraikan berbagai macam keistimewaan al-Qur’an ini, dan tentunya tidak ditemukan pada kitab-kitab lain, ditulis oleh Dr. K.H. Ahsin Sakho Muhammad, M.A., rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Menurut Kiai Ahsin Sakho dalam bukunya itu, alasan mengapa mukjizat al-Qur’an tetap bisa diraskan sampai hari ini adalah karena mukjizat yang dimiliki al-Qur’an bersifat maknawi, bukan hissi (materi). Berbeda dengan mkjizat-mukjizat pada umumnya.
Selain sebagai mukjizat tak bertepi, al-Qur’an juga memiliki begitu banyak keistimewaan. Dalam buku ini, Kiai Ahsin Sakho menguraikan sebanyak 33 kesitimewaan al-Qur’an. Meski penulis yakin, sebenarnya masih banyak lagi kesitimewaan-keistimewaan lain yang bisa digali dari kitab suci ini.
Sebgai mukjizat maknawi, bukan hissi (meteri), al-Qur’an merupakan mukjizat berupa wahyu. Berbeda dengan mukjizat nabi-nabi terdahulu yang diwujudkan dalam bentuk materi. Seperti unta Nabi Saleh yang keluar dari bebatuan. Tongkat Nabi Musa yang bisa berubah menjadi ular, bisa membelah laut dan bisa memancarkan air dari bebatuan. Atau, mukjizat Nabi Isa seperti burung-burungan yang terbuat dari tanah liat. Setelah ditiup berubah menjadi burung yang bisa terbang.
Terkait keistimewaan yang dimiliki al-Qur’an di antaranya adalah membacanya bernilai ibadah. Hal yang tidak dimiliki kitb-kitab nabi terdahulu. Dalam hal ini, al-Qur’an memiliki nilai sakralitas (kesucian). Allah memberikan apresiasi kepada mereka yang mau membaca al-Qur’an, baik paham artinya ataupun tidak. Mambacanya lancar maupun masih terbata-bata.
Allah menjanjikan bagi orang yang membaca satu huruf dari al-Qur’an, dia akan mendapatkan satu pahala (kebaikan) yang akan dilipatgandakan secara otomatis sampai 10 kali. Imam Suyuti dalam al-Itqan mengatakan bahwa huruf-huruf al-Qur’an berjumlah 323.671. Bila dibayangkan betapa banyaknya jumlah pahala yang diraih oleh pambaca al-Qur’an jika membacanya dari awal sampai akhir.
Keistimewaan berikutnya, membaca al-Qur’an tidak membosankan. Hal ini menjadi kenyataan dalam kehidupan seorang Muslim: membaca al-Qur’an tidak pernah membosankan, kendati sudah ribuan kali membacanya. Bahkan, bagi pembaca yang sama sekali tidak mengerti artinya. Memang, kenyataan ini agak sulit dipahami dengan akal logika manusia kecuali dengan pendekatan indra ruhani. Berbeda dengan buku-buku karangan manusia biasa, pembacanya akan merasa bosan ketika membacanya beberapa kali.
Tidak heran jika para ulama bisa mengkhatamkan membaca al-Qur’an dengan beberapa kali dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini karena mereka begitu menikmati setiap bacaan yang terdapat di dalamnya. Banyak ulama salaf yang mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadan setiap 3 hari. Ada yang mengkhatamkan setiap 7 hari dan ada pula yang 10 hari seperti Abu Raja’ al-‘Atharidi.
Di antara keistimewaan al-Qur’an lainnya adalah penafsiran al-Qur’an tidak pernah berhenti. Ini menjadi bukti bahwa ilmu yang terkandung dalam al-Qur’an tidak akan pernah habis digali sampai kapanpun. Dalam sejarah penafsiran al-Qur’an perpustakaan di dunia Islam dipenuhi beragam kitab tafsir, baik tafsir bil ma’tsur maupun tafsir bil ma’qul dalam corak penafsiran yang berbeda.
Ada tafsir bercorak fikif seperti al-Jami’ li ahkami al-Qur’an oleh Imam al-Qurthubi, Ibn al-‘Arabi dan al-Jashash. Ada corak Mu’tazi;ah seperti tafsir Al-Kasyyaf oleh Zamakhsyari, corak Syi’ah seperti tafsir al-Mizan karya Tabathaba’i. Ada corak tasawuf seperti/ isyari seperti tafsir Ruhul Ma’ani oleh al-Alusi dan tafsir at-Tustari. Dan masih banyak lagi.
Masih banyak lagi penguraian keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an, yang tentunya tidak mungkin penulis uraikan semua dalam tulisan yang singkat ini. Untuk lebih lengkapnya, silahkan membaca bukunya langsung.
Pada akhirnya, buku ‘Keistimewaan Al-Qur’an: Memahami Sisi-Sisi Keutamaan dan Kemukjizatan Kitab Suci’ ini menyajikan khazanah penting bagi para pecinta al-Qur’an dan umat Muslim pada umumnya. Dengan membaca buku ini, kita akan tahu lebih dalam dengan keagungan al-Qur’an dan agama Islam pada umumnya.
Identitas buku:
Judul: Keistimewaan Al-Qur’an
Penulis: Ahsin Sakho Muhammad
Penerbit: PT Qaf Media Kreativa
Cetakan: I, Mei 2021
Tebal: 259 halaman
ISBN: 978-602-5547-99-7
Peresensi adalah Muhamad Abror, Mahasantri Mahad Aly Saiidusshiddiqiyah Jakarta