Salah satu adab seorang muslim dengan tetangganya adalah selalu membuatnya senang. Jangan sampai tetangga merasa terganggu dengan keberadaan kita.
Dari Abu Syuraih radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,
وَاللَّه لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ
Artinya, “Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah, tidak beriman. “Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yang tetangganya tidak aman dari keburukannya.” (HR. Bukhari no.6016)
Hasan al-Bashri dan Tetangga Nasrani
Hasan al-Bahsri merupakan tokoh sufi sekaligus intelektual muslim ternama. Kendati memiliki kedudukan sangat terhormat, Hasan tetap menjadi pribadi yang rendah hati dan memiliki gaya hidup yang sederhana. Tinggalnya saja di rumah susun.
Dikisahkan, atap rumah Hasan bocor yang diketahui sumbernya adalah kamar mandi tetangga yang rumahnya ada di atas. Disebutkan, tetangga itu adalah seorang Nasrani. Akibat konstruk bangunan kurang kuat, air merembes hingga menetes terus-menerus dan membuat rumahnya becek.
Anehnya, tak sedikit pun Hasan jengkel atau menegur tetangganya. Ia justru memilih menampungnya dengan ember. Setiap malam ketika air sudah penuh, ia akan membuang isi ember tersebut dan meletakannya kembali. Hal itu terjadi begitu lama sampai dua puluh tahun.
Hingga suatu ketika Hasan jatuh sakit. Tetangga Nasrani itu pun datang menjenguknya. Ia kaget ketika melihat ada tetesan air dari atas rumah yang sudah jelas sumbernya adalah kamar mandi kamar atas.
Dengan penuh rasa salah, si Nasrani bertanya kepada Hasan , “Sudah berapa lama engkau dibuat susah olehku?”
“Dua puluh tahun,” jawab Hasan dengan tenang.
Seketika si Nasrani berdecak penuh haru dan menyatakan masuk Islam.
Dari kisah Hasan al-Bashri dengan tetangga Nasrani itu dapat dipetik hikmah bahwa setiap muslim harus selalu menjaga perasaan tetangganya.
Hasan rela rumahnya bocor selama 20 tahun hanya untuk menjaga perasaan tetangga supaya tidak merasa bersalah.
Selain itu, kisah Hasan di atas juga memiliki nilai dakwah yang luar biasa. Ia mengajak berhasil menjadikan seorang Nasrani seorang muslim dengan penuh kelembutan, bahkan orang itu menjadi mualaf dengan penuh kerelaan.[]