Peran Perempuan dalam Menghadapi Wabah Covid-19 untuk Ketahanan Keluarga
Pandemik Covid-19 telah berdampak luas. Dalam skala makro penerimaan negara diproyeksi bakal turun drastis akibat banyak kegiatan ekonomi berbagai sektor terhenti. Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan, proyeksi perekonomian kita hanya tumbuh sekitar 2,3% hingga akhir tahun 2020, bahkan mungkin bisa kurang dari itu. Penerimaan negara hanya mencapai Rp. 1.760,9 triliun atau 78,9% dari target APBN 2020 yang sebesar Rp. 2.233,2 triliun.
Ada realokasi anggaran dan kebijakan refocusing kegiatan realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 ini. Melalui Perpres Nomor 54 Tahun 2020 yang mengatur tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Realokasi anggaran pemerintah ini terutama untuk pengadaan alat dan fasilitas untuk tes kesehatan Covid-19 massal secara gratis, penambahan alat perlindungan diri bagi tenaga kesehatan, penambahan fasilitas rumah sakit, pengobatan pasien virus corona gratis dan upaya-upaya menangkal penyebaran virus corona.
Terkait dampak ekonomi, pemerintah memprioritaskan pada penguatan daya beli masyarakat, pemberian insentif bagi tenaga medis, UKM dan kelompok masyarakat yang rentan terdampak. Pemerintah secara jor-joran juga menggelontorkan insentif kepada dunia usaha serta bantuan sosial untuk meredam dampak virus corona.
Dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat dengan adanya kebijakan pemerintah berupa working from home, social atau physical distancing, dan PSBB adalah:
1. Kondisi psikologis keluarga terutama anak-anak dalam menghadapi kegiatan di rumah dan pembelajaran jarak jauh, beban tugas kuliah atau sekolah, harap-harap cemas terhadap ketidakpastian kegiatan sekolah dapat berjalan normal kembali terutama mereka yang sedang menghadapi kelas akhir di tingkat SD, SMP maupun SMA. Meskipun UN sudah ditiadakan tetapi mereka berharap untuk dapat diterima segera di sekolah atau universitas yang menjadi impian mereka
2. Adaptasi kegiatan selama waktu yang panjang sebelum masa wabah berakhir untuk tetap produktif, menghindari suasana monoton dan kejenuhan yang dihadapi oleh semua anggota keluarga.
3. Kondisi ekonomi keluarga akibat berkurangnya pendapatan dan bahkan untuk sebagian orang harus kehilangan penghasilannya terutama di sektor swasta, wirausaha, dan pekerja harian karena kegiatan transaksi bisnis menurun drastis bahkan tidak sedikit yang terpaksa dihentikan untuk waktu yang tidak menentu.
4. Daya beli masyarakat menurun akibat pendapatan menurun sementara kebutuhan konsumsi yang terus meningkat selama penuh di rumah.
5. Peningkatan kebutuhan konsumsi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri berhadapan dengan keterbatas supply dan pendapatan akan semakin dirasakan oleh masyarakat.
6. Kebutuhan listrik dan akses kuota internet semakin meningkat bahkan telah menjadi kebutuhan pokok karena semua pekerjaan, meeting, pembelajaran anak-anak, pembelian maupun penjualan dilakukan secara daring dari rumah. Keterbatasan listrik dan akses internet tidak bisa dihindari karena masyarakat belum bisa dilayani secara optimal dan merata membuat banyak kegiatan bekerja dan belajar dari rumah juga tidak bisa optimal. Tentu masih banyak lagi masalah-masalah lain yang menjadi beban masyarakat saat ini.
Perempuan yang lebih banyak bekerja di sektor informal maupun sebagai ibu rumah tangga adalah orang yang paling merasakan hal ini dan paling rentan terdampak terutama dari sisi menurunnya keuangan atau pendapatan keluarga. Di sisi lain perempuan juga ditantang untuk mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga ketahanan keluarga dalam menghadapi Covid-19 ini.
Dalam situasi dan kondisi yang tidak normal ini perempuan kembali berada pada tingkat kesadaran tertingginya untuk selalu berjuang menyelamatkan keluarga dan bangsanya. Perjuangan saat ini berbeda dari sebelumnya dimana andil dan peran perempuan diharapkan mampu menciptakan suasana rumah yang nyaman, tenang, dan membangkitkan optimisme bagi seluruh anggota keluarganya.
Perempuan saat ini ditantang untuk dapat menjalankan fungsi domestik dan publiknya sekaligus hanya dari rumah. Dengan membuat keluarga tetap bahagia dan nyaman stay at home berarti juga membantu pemerintah dan kerja paramedis untuk memutus penyebaran virus dan mempercepat penanganannya sehingga kondisi bisa segera pulih dan berjalan normal. Di sini perempuan dituntut untuk mampu menjaga ketahanan ekonomi keluarga, ketahanan pangan, menjaga kondisi psikologis semua anggota keluarga dalam hal ini dirinya, suami dan anak-anak.
Berikut adalah peran penting perempuan yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi dan kondisi akibat terdampak Covid 19 antara lain:
1. Mengatur keuangan keluarga untuk fokus pada kebutuhan yang paling prioritas dan urgen terutama untuk kesehatan dan keselamatan jasmani dan rohani.
2. Membuat jadwal working from home supaya lebih terorganisir waktu mulai dan selesai bekerja, waktu istirahat, dan seterusnya.
3. Mengalokasikan waktu untuk keluarga (suami, anak-anak, dll) dengan kegiatan yang positif misalnya bersih-bersih rumah, memasak bersama, membaca bersama, membuat kerajinan tangan, olah raga, dll.
4. Menemani, mendampingi dan menyertai anak-anak belajar, mengerjakan tugas-tugas kampus dan sekolah, mengajak keluarga untuk mengaji dan shalat berjamaah.
5. Memantau meminimalisir penggunaan HP dan gadget dengan membuat jadwal pengaturan HP/gadget diganti dengan kegiatan bersama keluarga setelah tugas dan aktifitas wajib telah dilakukan.
6. Menerapkan protokol kesehatan secara ketat di rumah sebagaimana yang disarankan paramedis untuk menjaga jarak saat menerima tamu yang datang termasuk saat menerima paket pos maupun paket online, menggunakan masker jika ada keperluan penting di luar rumah, penggunaan sanitizer, cuci tangan dan penggunaan disinfektan untuk kebersihan lingkungan rumah, meminimalisir penggunaan AC dan akses matahari pagi.
7. Berusaha tidak gagap teknologi dan mampu memproduktifkan teknologi informasi di samping pemanfaatan sosial media untuk bisa akses informasi terkini (up to date) dan untuk menyelesaikan tugas-tugas kantor, memesan kebutuhan pokok dan juga untuk tetap bisa berproduksi atau berbisnis dari rumah seperti memproduksi masker kain, hand sanitizer, kemasan makanan yang bisa dijual secara daring sehingga tetap bisa memperoleh pendapatan tanpa harus keluar rumah.
8. Perempuan juga dapat berinisiasi untuk menghimpun donasi melalui jaringan organisasi maupun komunitasnya dalam rangka membangun solidaritas dan gotong-royong untuk membantu sesama dalam upaya pencegahan Covid-19. Aksi donasi untuk sembako bagi masyarakat tidak mampu, pekerja harian dan mereka yang membutuhkan. Donasi juga bisa diberikan kepada para mahasiswa yang membutuhkan makan, gizi dan kuota internet agar dapat bertahan di perantauan dan tidak mudik. Kita tidak bisa hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah karena selain keterbatasan anggaran, yang lebih penting adalah untuk merawat dan mengembangkan akar budaya masyarakat Indonesia yaitu semangat gotong-royong, kemandirian, dan kekeluargaan dalam mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
9. Bersama suami dan anak-anak, perempuan harus mampu untuk tetap menyemarakkan kegiatan Ramadhan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri di Tengah Pandemi Wabah Covid 19. Keluarga bisa tetap melakukan shalat jamaah, tarawih, tadarus, sahur dan buka puasa bersama di rumah, juga membantu menyediakan buka puasa untuk yang membutuhkan.
10. Perempuan dapat berinisiatif pengumpulan zakat dan wakaf untuk disalurkan secara online kepada lembaga resmi yang mendapatkan izin dari pemerintah sebagai organisasi pengumpul zakat.
11. Hal lain juga yang dapat dilakukan perempuan adalah memproduksi karya baik berupa kerajinan tangan maupun dalam bentuk karya tulis di sela-sela upaya menjaga kondisi yang stabil dan kondusif di rumah.
Kemampuan perempuan untuk meyakinkan seluruh anggota keluarga agar mematuhi kebijakan pemerintah dan mengikuti apa yang disarankan oleh pakar kesehatan adalah perjuangan yang sesungguhnya untuk dapat memenangkan perang dalam menghadapi Covid-19 ini. Variasi kegiatan yang diciptakan melalui kebersamaan keluarga dapat menjamin kondisi psikologis keluarga agar tetap stabil, berkurangnya kepanikan dan stress anggota keluarga.
Perempuan dengan kreatifitasnya dapat melakukan berbagai kegiatan yang sangat mendukung ketahanan keluarga dari sisi pemenuhan kebutuhan pangan, kebutuhan rohani, ketenangan psikologis, ketahanan ekonomi dan partisipasinya dalam kegiatan sosial keagamaan yang semuanya dapat dilakukan dari rumahnya. Kemandirian, komitmen, integritas, dan kesungguhan perempuan dalam membangkitkan spirit di rumah adalah modal dasar untuk bisa melakukan berbagai kegiatan produktif.
Dengan cara tersebut perempuan sekaligus dapat memberikan inspirasi positif terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Konsep membangun peradaban memaksa setiap orang termasuk perempuan untuk berperan aktif dalam aksi-aksi kemanusiaan dan kemampuan makna religiusitas yang tinggi memberikan kesadaran terhadap makna perjuangan yang dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan. Selamat hari Kartini, tetap stay at home dan semangat berjuang para perempuan Indonesia, semoga kita dan keluarga serta bangsa sehat selalu dan selamat dari wabah ini.
Penulis: Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag. Beliau adalah Guru Besar Ekonomi Islam dan Ketua Program Studi Doktor (S3) Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.