spot_img

Bukti-Bukti Dialog Persaudaraan Nabi dengan Non-Muslim

Para sejarawan menyebut, Nabi Muhammad adalah pemimpin yang paling sukses dan terkemuka di dunia. Alasannya karena ia mampu merubah kondisi masyarakat bukan saja dalam konteks agama, tetapi juga aspek budaya dan sosial politiknya. Beliau telah berhasil mengubah paganisme menjadi tauhidisme, mengubah a-moral menjadi bermoral. Tidak saja diakui oleh Muslim, sejarawan non Muslim Michael H. Harta juga menyebut nabi Muhammad adalah manusia yang sukses di dunia baik dari aspek agama maupun sosial, budaya dan politik. Pertanyannya kemudian, mengapa Nabi Muhammad sesukses itu? Apa sebab yang melatarbelakangi keberhasilan dakwahnya?

Jawaban atas pertanyaan di atas salah satu hal yang penting yang menjadikan kesuksesan nabi ialah akhlak. Ya, salah satunya akhlak kepada non-Muslim. Suatu hari ada seorang Yahudi yang hendak membunuh nabi dan beliau sedang melaksanakan salat di dalam masjid. Melihat demikian sahabat Umar memberhentikannya. Ketika ia mengetahui kalau lelaki Yahudi itu hendak membunuh nabi maka Umar mengikatnya dengan tali di depan masjid. Dan, ketika nabi selesai melaksanakan salat maka Umar melapornya bahwa ia hendak membunuh nabi. Melihat demikian nabi tidak marah. Nabi justru memberi pilihan agar Umar melepasnya agar ia bebas. Namun kemudian setelah dilepas Yahudi itu mendekat kepada nabi dan ia menyatakan masuk Islam.

Itulah salah satu akhlak nabi yang menjadikannya sukses berdakwah menebar Islam. Salah besar jika ada yang menyatakan bahwa Islam disebarkan melalui kekerasan dan pedang. Justru sebaliknya, Islam disebarkan dengan akhlak yang mulia dari umatnya. Dialog Nabi Muhammad dengan non-Muslim cukup masyhur ketika sesaat mendapatkan wahyu di Goa Hira. Nabi Muhammad terus memikirkannya apa yang telah datang padanya itu dan tidak biasa. Setelah itu beliau menceritakan kepada Waraqah, seorang Kristiani yang pandai dalam memahami kitab-kitab Taurat dan Injil. Waraqah kemudian mengatakan bahwa Muhammad akan menjadi nabi dari Arab. Nabi pun setelah itu merasakan ketenangan.

Pada kisaran tahun 615 M ketika kedaan Makkah genting akibat gempuran dari Kaum Kafir Quraisy, Nabi Muhammad meminta agar kaumnya hijrah dan berlindung ke Abissina. Daerah tersebut merupakan daerah yang dipimpin oleh raja Kristen Monofisit. Ia dikenal sebagai raja yang peduli dan mau melindungi orang Isalm yang hijrah ke daerahnya. Bahkan pada saat itu terjadi dialog antara orang-orang Isalm dengan raja Kristen tersebut. Singkatnya, ketika orang Islam menceritakan tentang pengalamannya dulu saat belum datang Nabi, mereka terbiasa menyembah berhala, membunuh, saling bermusuhan. Namun saat nabi datang mereka berubah menjadi pemaaf, mengedepankan kesantunan, dan menjunjung tinggi setiap manusia. Dikatakan setelah itu Raja Kristen menangis dan meneteskan air mata, ia mengiyakan bahwa apa yang dibawa oleh Muhammad dan ajatan Yesus merupakan ajaran yang sumbernya sama.

Dialog antara Nabi Muhammad dengan non Muslim pun terjadi saat nabi sudah menjadi tokoh penting di Madinah pada tahun 628 M. Beliau saat itu menerima kunjungan dari kaum Kristen Najran yang merupakan orang-orang hebat dari Najran, di mana nmdaerah itu menjadi tempat masif penyebaran agama Kristen. Utusan itu juga didammpingi tiga orang Aqib atau wakil rakyat. Ketika akan mulai berdialog, kemudian tiba waktunya mereka melakukan ibadah. Maka kemudian nabi mengizinkan mereka untuk melakukan ibadah di dalam masjid. Nabi mengizinkan mereka beribadah dengan cara mereka di dalam rumah ibadah muslim. Akhlak nabi tidak hanya dengan sesam Muslim akan tetapi juga kepada non Muslim. Demikian yang menjadi salah satu faktor kesuksesan dakwah beliau.

Menjelang akhir hayatnya, nabi Muhammad juga melakukan dialog dengan non Muslim. Nabi Muhammad mengirim surat kepada kepala negara-negara daerah tetangga Jazira Arab yang berisi seruan agar mereka mau menerima Islam. Surat-surat itu dikirim kepada Kaisar Bizantium, Heraklitus dan Najasi. Yang perlu dicatat, di dalam surat itu Nabi Muhammad sekadar mengajak, bukan memaksa mereka agar menerima Islam. Posisi nabi Muhammad hanya sebagai pendakwah, tidak lebih dari itu. Karena nabi Muhammad sadar bahwa soal masuk atau tidaknya seseorang ke Islam murni karena urusan hidayah dan keimanan. Memaksa orang lain masuk Islam sama saja memaksa kehendak Allah.

Dialog Nabi Muhammad dengan non muslim tercatt rapih dalam Piagam Madinah yang dibuat pada 657 M. Pada pasal 1 disebutkan, kaum Muslimin dan yang bersekutu dengan mereka adalah satu umat. Kemudian pada pasal 6 juga disebut, orang Yahudi yang mengikuti kaum muslimin memiliki hak yang sama dengan mereka untuk ditolong dan dilindungi. Pada pasal 25 juga disebut, bagi orang Islam adalah agama mereka dan bagi kaum Yahudi juga agama mereka. Kemudian pada pasal 37 pun disebut, muslim dan Yahudi bertanggung jawab atas agama mereka masing-masing. Mereka harus saling membantu melawan siapa pun yang memerangi isi dokumen tersebut. Begitulah berbagai dialog persaudaraan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dengan non Muslim. Demikian dilakukan olehnya demi merajut kerukunan dan persatuan untuk kesuksesan berdakwah.[]

Artikel dimuat di sangkhakifah.co

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles